Oleh: Muhammad Qamaruddin
Banyak
penelitian yang menyebutkan bahwa jumlah perempuan di dunia lebih banyak
daripada jumlah laki-laki. Perbandingan yang dulunya sempat bertahan pada angka
1:2, kini telah berubah menjadi 1:4. Bahkan aku kira itu telah meningkat pada
batas yang belum diketahui. Entah sampai kapan fenomena ini akan terus terjadi.
Yang pastinya, hal ini juga dinyatakan dalam agama kita, Islam. Kelak nanti di
akhir zaman, jumlah laki-laki akan lebih sedikit dari jumlah perempuan. Inilah
tanda yang telah semakin nyata, akhir zaman telah dekat! Apabila sekarang telah
memasuki masa-masa akhir dari zaman, lalu kita kemudian bertanya, seberapa
lamakah rentang waktu akhir zaman tersebut? seribu tahun? lima ribu tahun?
Sepuluh ribu tahun? Sejuta tahun? Atau lebih dari itu? Hanya tuhan yang
mengetahui. Manusia hanya dapat memperkirakan.
Beberapa prediksi
manusia bermain pada tatanan logika yang dapat disentuh oleh akal. Misalnya
saja, kita dapat memprediksikan berakhirnya zaman dengan berdasarkan pada kapan
berakhirnya alam semesta, kapan bumi akan binasa, kapan matahari akan kehabisan
energi, dan masih banyak lagi. Ingat, semua itu hanyalah perkiraan-perkiraan.
Semua itu pun dapat berubah meskipun tanpa persetujuan manusia. Inilah kekuatan
dan kekuasaan Tuhan.
Dari semua itu,
perbandingan jumlah laki-laki dan perempuan adalah salah satu tandanya. Kita
lihat sekarang ini, berapa banyak jumlah anak sebuah keluarga? Dua? Tiga? Lima?
Lebih dari itu? Lalu hitunglah jumlah anak perempuan dan laki-laki. Aku pernah
berpikir mengenai hal perbandingan jumlah ini. Ada beberapa alasan yang dapat
dijelaskan dengan akal. Aku merasa bahwa hal ini juga berhubungan dengan orang
tua yang berkeinginan mempunyai anak laki-laki.
Dahulu kala,
mempunyai anak perempuan adalah sebuah kehinaan. Berapa banyak anak perempuan
yang mati di tangan orang tuanya sendiri. Berapa banyak anak perempuan yang
telah dilenyapkan bahkan sebelum menghirup udara kehidupan. Berapa banyak anak
perempuan yang dibenci tanpa mempunyai kesalahan dan dosa apapun. Tetap saja
anak perempuan masih lebih banyak daripada anak laki-laki bukan? Inilah misteri
Tuhan.
Bagiku sendiri,
permasalahan ini dapat kujelaskan hanya dengan perbincangan ringanku saudara
sepupuku. Ia mempunyai tiga orang anak perempuan dan satu orang anak laki-laki,
yaitu si bungsu. Suatu ketika ia berkata kepadaku, “Akhirnya setelah sekian
lama, aku mempunyai jagoan (baca: anak laki-laki).” Lalu aku kemudian bertanya,
“Semisalnya anak keempat ini adalah perempuan, bagaimana Bang?” Dengan gampang
ia menjawab, “Ya aku akan buat lagi sama istriku, sampai ketemu jagoannya.”
Mendengar hal itu, kami pun sama-sama tertawa.
Mari kita
hubungkan percakapan di atas dengan permasalahan sebelumnya. Ada tali
penghubung di antara keduanya. Logikanya adalah keinginan orang tua akan anak
laki-laki adalah salah satu penyebab banyaknya anak perempuan. Saat sepasang
suami istri tidak mendapatkan apa yang mereka harapkan –yaitu anak laki-laki–
maka mereka akan berusaha kembali hingga Tuhan memberikan apa yang mereka
harapkan. Seperti yang telah dilakukan oleh saudara sepupuku. Saat ia
menginginkan seorang putera, maka di saat anak pertama, kedua, dan ketiga
bukanlah anak laki-laki, ia berusaha pada anak yang keempat. Walhasil,
keinginan tersebut terwujud pada kelahiran yang keempat. Seorang anak putera.
Coba kita
bayangkan seandainya semua orang berpikir seperti itu, berapa banyak anak
perempuan yang telah terlahir ke dunia. Dan pada saat anak laki-laki telah
terlahir, mereka akan berhenti untuk berusaha lagi. Sehingga jumlah laki-laki
pun hanya sedikit. Aku rasa inilah salah satu alasan kenapa jumlah anak
perempuan lebih banyak daripada anak laki-laki.
Memang semua ini
hanyalah pemikiranku sesaat. Mungkin hal ini jika dibandingkan dengan
statistik-statistik yang ada di dunia, maka bisa saja pemikiranku ini hanyalah
pemikiran yang tak berdasar atau menduga-duga. Tapi aku rasa, tidak ada
salahnya dalam menduga-duga. Daripada tidak berpikir sama sekali. Karena dari
dugaanlah sebuah masalah dapat diselesaikan.
0 komentar:
Posting Komentar
apa komentar anda tentang bacaan ini?