This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Jumat, 15 Desember 2023

Mendatangi Kulaan yang Madam

Oleh: Muhammad Qamaruddin 

Ketika masih kecil, Abah pernah bercerita bahwa Pedatuan kami banyak yang madam. Awalnya aku tidak terlalu paham apa artinya. Namun saat aku bertambah dewasa, aku akhirnya mengerti jika itu adalah istilah yang dipakai oleh urang Banjar yang memutuskan untuk pergi merantau. Adalah moyang kami yang bernama haji Ahmad, atau sering dipanggil Haji Ahmad Alabio karena berasal dari salah satu daerah Bernama Alabio di Kalimantan Selatan. Dari Haji Ahmad ini lahirlah tujuh orang anak. Dari ketujuh orang tersebut, hanya dua yang bermukim di Indonesia (Banjar). Sisanya madam ke Malaysia pada awal tahun 1900-an. Belakangan hari data ini diperbaharui, ternyata saat Kembali lagi ke Banjarmasin, Datu’ Haji Ahmad Alabio menikah lagi dan memiliki garis keturunan baru di Kalimantan Selatan. Dari sini aku dihadapkan pada sebuah fakta jika garis keturunan keluargaku lebih banyak tinggal di Malaysia daripada di Banjar sendiri. Jika dihitung-hitung, aku sendiri merupakan generasi kelima dari Haji Ahmad Alabio.

Melihat kamus Bahasa Banjar, istilah madam diartikan dengan merantau. Namun merantau-nya urang Banjar mempunyai maksud yang berbeda dengan merantau pada umumnya. Hal ini dituturkan oleh Profesor Dr. Mohamed Saleh bin Lamry, urang Banjar yang lama bermukim di Malaysia, bagi suku-suku lain di Nusantara, merantau yang dimaksud ialah pergi atau pindah dan masih mempunyai niat untuk pulang atau menjalin hubungan komunikasi dengan daerah asal muasalnya. Madam bagi urang Banjar lebih cenderung pada pengertian migrasi hilang atau pindah dengan adanya kemungkinan untuk tidak kembali lagi. Menurut salah satu budayawan Banjar, Zulfaisal (2014), bisa jadi istilah ’madam’ mempunyai kemiripan dengan istilah merantau di Minangkabau, yang berarti pergi dan menetap di suatu tempat yang baru dan tidak pulang.

Awal bulan Desember 2023 lalu, aku ditugaskan untuk melaksanakan sebuah kegiatan pengabdian Masyarakat skala Internasional. Kegiatan ini berhubungan erat dengan pencapaian akreditasi unggul jurusan yang mengharuskan pelaksanaan tridharma tidak hanya pada lingkup nasional, tetapi internasional. Setelah berdiskusi panjang dan berdialog dengan berbagai pihak di luar negeri, maka Negara Malaysia terpilih sebagai tempat untuk melaksanakan Kegiatan ini. Ini bukan tanpa alasan. Keputusan ini diambil karena adanya sebuhan fakta hubungan Banjarmasin dengan lokasi yang dipilih, yaitu Kampung Bagan Serai, Kerian, Perak. Ya, tempat ini dihuni oleh mayoritas masyarakat keturunan Banjar!

Homestay di Jalan Banjar, Kerian Perak

Abah sering berpesan jika suatu saat aku mempunyai kesempatan ke Malaysia, maka jangan lupa untuk menjenguk keluarga yang ada di sana.  Memang ini bukan kali pertama aku ke Malaysia. Negeri Jiran ini telah kudatangi beberapa kali. Namun kebanyakan hanya singgah sebentar. Itupun dengan tugas dan pekerjaan yang harus diselesaikan dengan waktu yang sangat singkat. Satu minggu! Ya, itulah waktu yang diberikan untuk pelaksanaan kegiatan pengabdian masyarakat. Meskipun aku sudah membayangkan betapa padatnya jadwal yang akan kujalani, tapi aku sudah berkomitmen, aku harus ’mendatangi kulaan yang madam’ di Malaysia. Bagaimanapun caranya!


Dari berbagai sumber bacaan dan referensi yang kutemui, setidaknya ada tiga gelombang migrasi besar yang terjadi pada etnis Banjar, khususnya yang madam ke daerah Sumatera dan Malaysia.
Pertama, pada tahun 1780-an, yaitu pelarian diri etnis Banjar yang mendukung Pangeran Amir, namun kalah dalam perang saudara Kerajaan Banjar, kedua, pada tahun 1862, yaitu pelarian diri etnis Banjar yang mendukung Pangeran Antasari, namun mereka berada pada kemelut Perang Banjar, dan ketiga pada tahun 1905-an, pelarian diri etnis Banjar karena Sultan Muhammad Seman yang menjadi Raja Banjar saat itu mati syahid di tangan Penjajah Belanda. Selain itu, koloni keturunan Banjar  juga dapat ditemukan di Jazirah Arab, khususnya di Arab Saudi. Bahkan ada sumber yang menyatakan bahwa cikal bakal penduduk Komoro dan Madagaskar di Benua Afrika berasal dari urang Banjar yang madam ribuan tahun silam. Wallahu’alam.

Pada dasarnya, suku Banjar di Malaysia mayoritas berasal dari Banjar Pahuluan. Berdasarkan sensus 1911 penduduk Malaya Britania (sekarang Malaysia), setidaknya suku Banjar berjumlah 21.227 jiwa. Pada tahun 1947, jumlah ini bertambah menjadi 62.400 jiwa. Kebanyakan Suku Banjar menghuni negara bagian Perak, Johor, dan Selangor, dan negara bagian lainnya dalam jumlah yang kecil. Jumlah ini belum termasuk suku Banjar yang menghuni Sabah dan Serawak. Dari informasi yang kudapat, Daerah Kerian, Selangor merupakan wilayah yang paling banyak dihuni oleh suku Banjar. Aku kira ini juga yang menjadi alasan utama, kenapa daerah ini dipilih untuk menjalankan program.


pelaksanaan pengabdian Masyarakat


Tibalah pada Hari H, saat pelaksanaan kegiatan. Seperti yang sudah kuduga, jadwal kegiatanku di Malaysia sangatlah padat. Bahkan terlalu padat. Bayangkan, untuk menyempatkan diri berbelanja keperluan pribadi dan oleh-oleh pun hampir tidak ada, jika tidak disempat-sempatin. Meskipun demikian, sebenarnya bisa jadi adalah hal yang positif, karena menandakan respon yang sangat positif dari pihak tuan rumah. Bahkan ketua rombongan pun mengistilahkan kegiatan 1 minggu tersebut kurang lebih mirip Kuliah Kerja Nyata (KKN), saking padatnya kegiatan. Oleh karena itulah, aku perlu pintar-pintar memanfaatkan waktu luang yang sangat sedikit untuk meluluskan hajatku mendatangi kulaan. Walaupun ada kendala, akhirnya aku berhasil melakukannya.



Pelaksanaan Pengabdian Masyarakat
Pelaksanaan Pengabdian Masyarakat

Program Pengabdian Masyarakat Internasional berlokasi di Bagan Serai, Kerian, Perak, Malaysia yang dihuni oleh mayoritas masyarakat keturunan Banjar.Sedangkan kulaanku kebanyakan bermukim di negara bagian lain yaitu di daerah Sungai Besar, Selangor, Malaysia. Untungnya pamanku (sepupu Abah 3 kali) yang menetap di sana sudi menjemputku dan mengajak aku menemui kulaan. Meskipun aku bukanlah kulaan Banjarmasin pertama yang datang ke sana, tetap saja ini menjadi kegembiraan tersendiri bagi mereka, karena mereka merasa dijenguk kembali, sehingga tercipta sebuah hubungan emosional antara satu dengan lainnya.

Dari pengamatanku dan hasil bincang-bincang santai dengan kulaan di Malaysia, generasi tua masih pandai berbincang dengan bahasa Banjar. Bahkan ada beberapa kosakata lama bahasa Banjar yang tidak kumengerti, tapi masih dipakai di sana. Ada logat yang sedikit berbeda dengan bahasa Banjar asli. Jika boleh menamainya, aku menyebutnya dengan bahasa Banjar versi Melayu Malaysia, yaitu bahasa Banjar yang telah terasimilasi dengan bahasa setempat.

Mereka juga masih memegang tata cara hidup dan tradisi adat istiadat dari nenek moyangnya, walaupun tidak lagi mirip dengan aslinya, karena sudah ada unsur modifikasi menyesuaikan dengan tanah perantauan. Walaupun begitu, ketika datang ke sana, aku masih merasa berada di kampung sendiri di Banua. Bahkan aku masih bisa mendengar urang Banjar Mahalabio di sana, istilah yang sering dipakai untuk bercandanya ala urang Banjar.

Selain itu, kehidupan kulaan di sana cukup sejahtera. Hal ini tidak lepas dari bukti sejarah yang menyatakan bahwa orang Banjar itu cangkal bagawi. Keahlian dan keuletan urang Banjar pada bidang lahan pertanian mendapatkan penerimaan yang positif oleh Malaysia, sehingga sangat berpengaruh pada pembangunan negara. Dalam perkembangannya, urang Banjar di negeri Jiran dapat menduduki posisi-posisi penting dalam berbagai bidang, seperti ulama, politisi, pendidik, polisi, pejabat, pegawai, dan profesi-profesi lainnya. Ini merupakan suatu kebanggaan bagi kita!






Mendatangi Kulaan di Malaysia


Dari semua itu, ada beberapa hal yang kusayangkan. Di antaranya Bahasa Banjar yang mulai kurang dikuasai lagi oleh generasi baru penerus keturunan Banjar. Kebanyakan mereka masih paham, tapi tidak dapat mempraktikkan secara lisan. Aku juga agak cemas dengan adat-istiadat Suku Banjar yang akan hilang jika tidak diwariskan ke generasi selanjutnya. Selain itu pula ada yang mengatakan jika sebagian keturunan Banjar cenderung malu mengakui jati dirinya. Lambat laun hal ini akan menyebabkan hilangnya jati diri dan tidak akan tahu asal muasal leluhur. Terlepas dari sedikit permasalahan itu, aku senang dapat berkunjung ke kulaan di Negeri Jiran. Aku berharap bahwa silaturrahmi ini tidak akan terputus dan dapat terus dijaga dari generasi ke genarasi selanjutnya. Salam Banjar!

Ziarah ke makam Datuk Nini, Istri dari Datuk Haji Ahmad Halabio di Selangor