Rabu, 25 Juni 2014

LISAN DAN TULISAN


 
Terus terang, saya termasuk orang yang sulit menyampaikan pendapat secara langsung. Pada saat semua orang asyik membahas sesuatu, bisa jadi saya adalah pendengar paling baik dari awal sampai akhir. Bukan berarti saya tidak bisa berpendapat. Hanya saja kadang saya merasa bingung, kapan saya harus mengeluarkan suara. Pada akhirnya, semua percakapan itu pun ditutup tanpa adanya sepatah dua patah kata dari saya. Oleh karena itulah, sampai hari ini saya tidak pernah ikut –atau diikutkan– lomba debat.

            Apakah ini sebuah kekurangan? Saya rasa bukan. Sebaliknya, saya menyadari satu hal, ada cara lain yang harus saya lakukan. Saya yakin pasti ada hal lain yang patut saya banggakan. Misalnya menyampaikan pendapat melalui tulisan.
            Setiap orang mempunyai cara tersendiri untuk menyampaikan pendapatnya. Secara umum, ada dua cara yang dipakai oleh orang-orang untuk menyampaikan pendapat. Melalui lisan dan tulisan. Hanya saja, sesuatu yang terlihat itu akan lebih berkesan. Berbicara (lisan) adalah salah satunya. Beda halnya dengan tulisan. Perlu memakan waktu lebih lama dari penyampaian melalui lisan yang bahkan bisa spontan.
            Saya tidak menafikan, kedua skill ini adalah hal yang patut dimiliki oleh seseorang. Jika tidak keduanya, maka salah satunya pun boleh. Banyak sekali para orator-orator dunia yang pandai menulis. Akan tetapi, ada banyak pula para penulis yang lihai berbicara. Menurut saya, keduanya saling melengkapi satu sama lain.
            Oleh karena itu, bagi siapa saja yang telah pandai berbicara dan berpendapat, cobalah juga untuk mengembangkan seni menulisnya. Cobalah untuk menuangkan apa yang ada di kepalanya dalam bentuk sebuah tulisan, karena tulisan lebih abadi daripada apapun. Tidak akan lekang oleh waktu.
            Sebaliknya, menurut saya, orang yang pandai menulis pun juga harus belajar berbicara dan menyampaikan pendapat. Seperti yang saya alami sendiri, pada saat kita hanya diam mendengarkan orang-orang berpendapat, maka kita terkesan seakan-akan tidak memahami apa yang sedang dibicarakan. Lebihnya lagi, kita akan dianggap (maaf) bodoh karena dikira tidak bisa berpendapat.
            Akan sangat afdhol jika kedua skill ini dapat dimiliki oleh seseorang. Multitalenta! Itulah yang dibutuhkan oleh dunia saat ini. Orang-orang yang mempunyai kemampuan tidak hanya satu, tetapi banyak. Persaingan akan semakin ketat. Jangan sampai kita tertinggal jauh di belakang.

0 komentar:

Posting Komentar

apa komentar anda tentang bacaan ini?