Islam berasal dari kata Arab Aslama-Yuslimu-Islaman
yang berarti 'Menyelamatkan. Secara bahasa, Islam bermakna berserah diri,
tunduk, patuh dan taat. Menurut Muhammad bin Abdul Wahab, Islam adalah
menyerahkan diri kepada Allah dengan mentauhidkan-Nya tunduk kepada-Nya dengan
penuh ketaatan dan berlepas diri dari kesyirikan dan orang-orang musyrik.
Ialah Muhammad,
sang pembawa risalah Islam. Kehadirannya memberikan kesejukan bagi seluruh
alam. Ialah sang revolusioner dunia yang membawa Kaum Arab dari zaman kegelapan
menuju zaman penuh cahaya. gelap bukan pada mata, tetapi gelap pada keimanan.
Rasulullah-lah yang mengenalkan mereka pada Allah Yang Esa, Pemberi Cahaya.
Seringkali dalam
ceramah-ceramah, kita diklaim sebagai agama dengan penganut terbesar kedua di
bawah Kristen. Saat ini, klaim tersebut sudah tidak berlaku lagi. Dari data
yang saya dapatkan, Jumlah penduduk dunia (2013) adalah 7.021.836.029. Sebaran
menurut agama adalah: Islam 22.43%, Kristen Katolik 16.83%, Kristen Protestan
6.08%, Orthodok 4.03%, Anglikan 1.26%, Hindu 13.78%, Budha 7.13%, Sikh 0.36%,
Yahudi 0.21%, Baha’i 0.11%, Lainnya 11.17%, Non Agama 9.42%, dan Ateis 2.04% ((www.30-days.net)
Jumlah
pemeluk Islam pada 2012 adalah 2.1 milyar. Sedangkan jumlah pemeluk Kristen dan
Protestan adalah 2 milyar . Sehingga Islam saat ini, kendati dibandingkan
dengan pemeluk Kristen dan Protestan sekalipun, sudah menjadi agama terbesar di
dunia (www.religiouspopulation).
Subhanallah!!
Tentu orang akan
bertanya-tanya, Siapa sih Rasulullah itu sehingga dapat melakukan
revolusi besar-besaran ini? Ia telah ditinggalkan ayahnya, Abdullah saat masih
saat di dalam janin. Pada usia 6 tahun, Ibunya Aminah pun beranjak pergi
menyusul sang ayah. Jadilah ia seorang anak yatim piatu yang diasuh oleh
kakeknya, Abdul Muthalib. Dua tahun kemudian, giliran Abdul Muthalib
menghembuskan nafas terakhir. Ia kemudian diasuh oleh pamannya Abu Thalib,
pamannya yang paling miskin. Sejak diasuh oleh kakek pamannya, Muhammad selalu
menunjukkan sifat-sifat yang baik lagi terpuji.
Ketika usianya mencapai 12 tahun, ia mengadakan
perjalanan ke Syam bersama pamannya. Ketika sampai di Bushra seorang pendeta
bernama Buhaira melihatnya. Ia mengenalnya dengan ciri-ciri yang ada pada
Muhammad. Buhaira mendatangi Muhammad, mengambil tangannya dan berkata: “Inilah
tuan untuk semesta alam, inilah utusan Rabb semesta alam, inilah nabi yang akan
diutus untuk semesta alam.” Kalimat misterius dari Buhaira terjawab saat
Rasulullah menginjak umur 40 tahun.
Berbicara tentang dakwah Islamiyah, saya sendiri
berpendapat bahwa Rasulullah tidak pernah mengajarkan umatnya berdakwah dengan
jalan kekerasan. Rasulullah selalu berdakwah dengan cara yang paling baik dan
paling halus. Tidak pernah sekalipun Rasulullah berdakwah hingga melukai hati
orang lain. Betapa banyak orang yang masuk Islam karena akhlaq al-karimah
Rasulullah.
Memang dalam sejarah Islam ada banyak peperangan
yang terjadi, tetapi itu semata-mata untuk mempertahankan diri dari serangan
musuh. Betapa lama Rasulullah bertahan dengan segala siksaan dari kaum kafir.
Hingga pada akhirnya, Allah mengizinkan Rasulullah beserta umatnya untuk
membela diri. Saya tidak setuju dengan perumpamaan orang-orang, bahwa Islam itu
di tangan kanannya al-Qur’an, sedangkan tangan kirinya pedang. Sungguh kolot
pemikiran orang-orang seperti itu.
Begitu pula perjuangan dakwah di ranah mahasiswa.
Sosok-sosok yang dikenal intelek dan mumpuni dalam hal pemikiran. Tentu ada
cara dakwah tersendiri bagi mereka. Bagi para pejuang dakwah, kita harus
memikirkan cara dakwah yang paling baik.
Suatu ketika, saya pernah berbincang-bincang dengan
Ketua Lembaga Dakwah Kampus (LDK) UII periode 2012-2013. Saya memanggilnya Bang
Ojik. Saat ini kami hanya bisa berhubungan via telepon, karena beliau sudah
tidak tinggal lagi di Yogyakarta. Ia menanyakann saya tentang perkembangan
dakwah di UII. Bagaimana peran LDK dalam dalam dakwah kampus UII.
Bang Ojik –menurut pengamatan saya– adalah orang
yang sangat keras. Tidak hanya badannya yang besar, tetapi juga suaranya
menggelegar. Hal itu tidak serta merta membuatnya setuju dengan cara dakwah
yang keras. Saat masih sama-sama berjuang di jalan dakwah, saya sangat ingat
bagaimana dia menggambarkan kepada mahasiswa-mahasiswa di luar sana, bahwa
Islam itu untuk semua mahasiswa, Islam itu untuk semua mahasiswa, bukan hanya
untuk LDK dan LDF. Ia mengajak kepada seluruh mahasiswa untuk ikut bergabung
dan belajar tentang Islam. Saya salut dengan cara beliau tersebut.
Islam itu rahmatan lil ‘alamin. Artinya
bahwa seluruh makhluk harus –dan pasti– mendapatkan rahmat dari Islam itu
sendiri. Hanya saja pada saat ini, eksklusivitas dalam agama mulai bermunculan.
Tidak hanya fraksi antar agama, tetapi juga fraksi di dalam agama itu sendiri. Islam
mulai dikotak-kotakkan. Mereka memisahkan diri, lalu saling menjelek-jelekkan
satu sama lain. Berapa banyak orang yang terkucilkan karena hal tersebut,
berapa banyak orang yang terpisah dari keluarganya karena hal tersebut, bahkan
berapa banyak orang mati sia-sia karena hal tersebut. Seakan-akan mereka telah
mengklaim bahwa mereka memiliki kavling di surga. Yang lain hanya numpang.
Saya sangat membenci dakwah dengan cara radikal. Gusdur
berkata, “Tuhan itu tidak memerlukan bodyguard.” Artinya jangan berfikir
bahwa kitalah yang berkontribusi besar dalam melindungi agama. Justru karena
Allah sendirilah yang menjadikan agama itu terlindungi. Silahkan berjuang untuk
agama, tetapi bukan dengan cara yang radikal. Karena Islam tidak pernah
mengajarkan seperti itu. Apakah sebegitu perkasanya kita, sehingga berani
mengaku dapat melindungi Tuhan yang Paling Perkasa?
Munir adalah seorang aktivis yang memperjuangkan
Hak Asasi Manusia. Ia sosok yang anti penindasan. Mungkin banyak orang mengira
sepanjang hidupnya terus memperjuangkan HAM. Ternyata tidak. Justru ada rentan
waktu lama sampai pada akhirnya ia menemukan titik cerah. Pada tahun 1985-1989,
ia merupakan orang yang sangat radikal. Tasnya tidak pernah kosong dari yang
namanya senjata tajam. Hingga suatu ketika, ia mendapatkan nasehat dari Pak
Fajar Malik (Saat itu masih menjabat sebagai Menteri Pendidikan). Beliau
berkata kepada Munir, kurang lebihnya seperti ini, “Kamu adalah orang yang
paling bodoh yang pernah kukenal yang mempunyai semangat berjuang, tetapi melakukan
hal tersebut atas nama instrumen agama.” Kalimat ini terus teriang-ngiang di
telinganya. Hingga pada akhirnya, ia memutuskan untuk menjadi pejuang HAM.
Terlalu banyak yang harus dikorbankan dalam
ekstrimitas agama. Terlalu sangar jika agama dipandang dengan eksklusivitas.
Terlalu rendah Islam jika hanya dihuni oleh sekelompok orang yang mengaku sudah
memiliki surga. Terlalu remeh jika Islam hanya dihuni orang yang hanya bisa
mengkafirkan saudaranya yang lain. Terlalu sederhana jika Islam hanya dimiliki
oleh segelintir orang yang merasa sok suci. Apakah Islam seperti ini yang
diinginkan oleh Rasulullah?
saya ingin Islam itu dihuni oleh orang-orang
yang berhati lembut, bukan orang-orang yang suka mengajak ribut. Saya ingin
Islam itu bersama orang-orang yang mengajak, bukan orang-orang yang menginjak.
Saya ingin Islam itu bersama orang-orang yang bersenyum lebar, bukan
orang-orang yang bermuka sangar. Saya ingin Islam itu dihuni oleh
manusia-manusia penuh cinta, bukan manusia-manusia pencari harta. Islam yang
diajarkan oleh Rasulullah itu adalah kebersamaan, bukan saling
mengkotak-kotakan. Islam yang penuh toleransi, bukan yang arogansi.
Muhammad Qamaruddin
Renungan di Malam ba’da Tadarus, 9 Ramadhan 1435 H
0 komentar:
Posting Komentar
apa komentar anda tentang bacaan ini?