Kamis, 15 Oktober 2015

CINTA TAK ADA LOGIKA?



  Oleh: Muhammad Qamaruddin

            Masing ingat dengan lagu Agnes Monica yang berjudul “Tak Ada Logika”? Dalam salah satu liriknya disebutkan, “cinta ini…kadang-kadang tak ada logika…” Benarkah demikian? Mungkin bagi kita yang pernah mengalami yang namanya cinta dapat menjawab hal tersebut. Lebih lanjut lagi, kita banyak mendapati berita-berita yang menyebutkan ada orang mati bunuh diri karena cinta. Ada pula orang yang membunuh karena cinta. Lalu bisakah kita menafsirkan ini bahwa mereka orang yang kehilangan logika karena cinta?

            Saya berkeyakinan bahwa cinta memang –kadang-kadang– dapat menghilangkan logika (baca: akal pikiran). Tetati saya juga berkeyakinan, orang yang paham agama tidak akan terjerumus dengan hal-hal yang di luar pikiran? Coba pikirkan, apakah membunuh itu dibolehkan dalam agama? Apakah bunuh diri itu dibolehkan dalam agama? Tentu jawabannya tidak. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Muslim, Rasulullah SAW bersabda, “Jika ada dua orang muslim berhadapan dengan membawa pedang masing-masing (mau saling membunuh), maka yang membunuh dan dibunuh sama-sama masuk neraka…dan seterusnya”
            Jika kita membaca hadits di atas, tentunya kita memahami, orang yang membunuh tempatnya adalah neraka. Lalu kenapa kenapa orang yang dibunuh juga masuk neraka? Dalam lanjutan hadits di atas disebutkan bahwa orang yang dibunuh pun mempunyai niat yang sama, yaitu ingin membunuh lawannya.
            Sedangkan pada kasus bunuh diri, dalam surah an-Nisa ayat 29-30, Allah SWT berfirman, “Dan janganlah kamu membunuh dirimu, sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu. Dan barang siapa berbuat demikian dengan melanggar hak dan aniaya, maka kami kelak akan memasukkannya ke dalam naar (neraka), yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.”
            Ayat di atas sangat jelas, bunuh diri itu dilarang dalam agama. Dalam konteks agama Islam, menghilangkan jiwa manusia adalah haram hukumnya. Meskipun mungkin ada agama lain yang melegalkan pembunuhan, saya kira hal tersebut telah menyimpang dari rasa kemanusiaan jika tetap diperbolehkan.
            Lalu kita kembali lagi pada permasalahan cinta yang juga dapat menghilangkan logika seseorang. Saya sendiri pun kadang tidak lepas dari hal demikian. Tentunya dengan batas kewajaran. Saya kira hal itu bukanlah suatu masalah. Seperti agama yang tidak semua bagiannya dapat dilogikakan, tetapi hanya dapat diimani. Begitu pula cinta yang tidak semuanya dapat dilogikakan. Saya kira tidak ada masalah jika ada pasangan yang dicubit tetapi ketika ditanya, ia malah menjawab tidak sakit. Atau bertingkah seperti anak kecil, hanya untuk menghibur pasangannya. Atau lebih ekstrim lagi, melindungi pasangan meskipun harus kehilangan sesuatu. Bagi seseorang yang mengandalkan logika, mereka akan bertanya-tanya, kenapa hal demikian bisa terjadi? Apakah mereka tidak waras oleh cinta? Namun begitulah cinta, kadang dapat menghilangkan logika. Selama tidak melewati batas kewajaran, khususnya pada wilayah hukum agama, maka sah-sah saja.
Ketika ada seseorang yang bertanya, mengapa mereka melakukan hal tersebut untuk orang lain? Mungkin mereka akan menjawab, “Ini soal kepuasan dan kesenangan hati saat kita berusaha menyenangkan hati pasangan kita.” Masalah cinta, secara unik dapat kita lihat dari para sufi yang menyampaikan rasa cintanya kepada Allah dengan berbagai cara. Meskipun kadang terlihat aneh, rumit dan tidak dapat dipahami, tetapi mereka memaknai cinta dengan apa yang mereka suka. Dengan kata lain, hanya mereka dan Allah yang memahami cara tersebut.
            Oleh karena itu, saya percaya bahwa cinta memang sulit dilogikakan. Ada unsur-unsur yang tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata jika ditransformasikan dalam bentuk perilaku. Namun selama adanya hukum agama yang memagari, maka tidak seharusnyalah cinta ditafsirkan dengan perbuatan yang melewati batas kewajaran. Jadikan agama sebagai pagar dalam bertindak, khususnya dalam memaknai dan mengaplikasikan cinta.

Yogyakarta, 12 Oktober 2015

0 komentar:

Posting Komentar

apa komentar anda tentang bacaan ini?