Oleh: Muhammad
Qamaruddin
Kepedulian
itu tidak akan berarti tanpa adanya kehadiran. Sebaliknya, kehadiran juga tidak
akan bermakna tanpa adanya kepedulian. Dalam sebuah buku, diceritakan tentang
seorang anak yang sangat mencintai orang tuanya, pergi merantau untuk mencari
penghasilan. Semua yang ia dapatkan, pasti akan diberikan kepada orang tuanya.
Meskipun ia harus meninggalkan jauh orang tuanya bersama bersama saudara-saudaranya.
Ia yakin bahwa inilah bentuk baktinya kepada orang tuanya.
Singkat
cerita, orang tuanya sakit dan mengharuskannya pulang. Ia pun pulang dengan
membawa banyak oleh-oleh. Hingga suatu malam, tanpa sengaja ia mendengar
bapaknya sedang berbicara dengan salah satu adiknya. Betapa terkejutnya ia
mendengar ucapan bapaknya, “Kakakmu itu adalah anak yang paling tidak berbakti
kepada orang tua!” Besoknya, ia pun bertanya kepada adiknya, mengapa bapaknya
sampai berkata demikian.
Adiknya
menerangkan bahwa orang tua mereka sebenarnya sangat merindukan kehadirannya di
rumah. Mereka tidak berharap banyak dengan apa yang ia berikan. Orang tuanya
hanya berharap ia bisa duduk di samping mereka dan dapat mendengarkan keluh
kesah mereka. Maka sadarlah ia bahwa apa yang ia lakukan selama ini bukanlah
hal terbaik yang diinginkan oleh orang tuanya. Sejak saat itu, ia tidak lagi
meninggalkan orang tuanya. Ia terus berada di samping mereka sembari tetap
mencukupi kebutuhan mereka.
Dari
kisah ini, dapat kita ambil hikmah bahwa kepedulian dan kehadiran itu saling
melengkapi satu sama lain. Kita tidak akan heran jika mendengar ada pasangan
yang mempunyai hubungan jarak jauh, lalu pada akhirnya berpisah. Yang
mengejutkan, justru perempuannya malah menikah dengan tukang pos yang setiap
hari mengantarkan surat dari pasangannya. Atau kisah seorang pria yang terus
berharap mendapatkan balasan cinta dari wanita yang cantik parasnya. Namun pada
akhirnya, pria tersebut malah menikah dengan sahabat wanita tersebut yang
memulainya dari rasa kasihan, lalu berubah menjadi cinta.
Ingatlah,
bahwa cinta bisa memudar dengan sendirinya, baik karena kurangnya kepedulian
atau kehadiran. Saya sendiri pernah mengalaminya. Cinta itu akhrinya menghilang
sedikit demi sedikit. Mungkin ini adalah suratan takdir yang harus diterima.
Meskipun demikian, saya senang mendengar berita bahwa wanita yang dulu pernah
berupaya bersama saya untuk membangun sebuah kisah indah, kini telah menemukan
tambatan hatinya. Saya pun kini juga telah memilih jalan saya sendiri, dengan
cerita indah yang akan saya bangun sendiri. Percayalah, Allah selalu memberikan
jalan terbaik untuk kita semua.
Oleh
karena itu, kepedulian dan kehadiran itu sangat diperlukan dalam setiap
membangun sebuah hubungan. Jika salah satu tidak ada, maka yang harus (mutlak)
dipersiapkan adalah komitmen. Tanpa komitmen, maka cinta akan terasa hambar,
apalagi untuk pasangan yang sudah membina rumah tangga.
Yogyakarta,
12 Oktober 2015
0 komentar:
Posting Komentar
apa komentar anda tentang bacaan ini?