Kamis, 15 Oktober 2015

KEPEDULIAN DAN KEHADIRAN


Oleh: Muhammad Qamaruddin

 
Kepedulian itu tidak akan berarti tanpa adanya kehadiran. Sebaliknya, kehadiran juga tidak akan bermakna tanpa adanya kepedulian. Dalam sebuah buku, diceritakan tentang seorang anak yang sangat mencintai orang tuanya, pergi merantau untuk mencari penghasilan. Semua yang ia dapatkan, pasti akan diberikan kepada orang tuanya. Meskipun ia harus meninggalkan jauh orang tuanya bersama bersama saudara-saudaranya. Ia yakin bahwa inilah bentuk baktinya kepada orang tuanya.

Singkat cerita, orang tuanya sakit dan mengharuskannya pulang. Ia pun pulang dengan membawa banyak oleh-oleh. Hingga suatu malam, tanpa sengaja ia mendengar bapaknya sedang berbicara dengan salah satu adiknya. Betapa terkejutnya ia mendengar ucapan bapaknya, “Kakakmu itu adalah anak yang paling tidak berbakti kepada orang tua!” Besoknya, ia pun bertanya kepada adiknya, mengapa bapaknya sampai berkata demikian.
Adiknya menerangkan bahwa orang tua mereka sebenarnya sangat merindukan kehadirannya di rumah. Mereka tidak berharap banyak dengan apa yang ia berikan. Orang tuanya hanya berharap ia bisa duduk di samping mereka dan dapat mendengarkan keluh kesah mereka. Maka sadarlah ia bahwa apa yang ia lakukan selama ini bukanlah hal terbaik yang diinginkan oleh orang tuanya. Sejak saat itu, ia tidak lagi meninggalkan orang tuanya. Ia terus berada di samping mereka sembari tetap mencukupi kebutuhan mereka.
Dari kisah ini, dapat kita ambil hikmah bahwa kepedulian dan kehadiran itu saling melengkapi satu sama lain. Kita tidak akan heran jika mendengar ada pasangan yang mempunyai hubungan jarak jauh, lalu pada akhirnya berpisah. Yang mengejutkan, justru perempuannya malah menikah dengan tukang pos yang setiap hari mengantarkan surat dari pasangannya. Atau kisah seorang pria yang terus berharap mendapatkan balasan cinta dari wanita yang cantik parasnya. Namun pada akhirnya, pria tersebut malah menikah dengan sahabat wanita tersebut yang memulainya dari rasa kasihan, lalu berubah menjadi cinta.
Ingatlah, bahwa cinta bisa memudar dengan sendirinya, baik karena kurangnya kepedulian atau kehadiran. Saya sendiri pernah mengalaminya. Cinta itu akhrinya menghilang sedikit demi sedikit. Mungkin ini adalah suratan takdir yang harus diterima. Meskipun demikian, saya senang mendengar berita bahwa wanita yang dulu pernah berupaya bersama saya untuk membangun sebuah kisah indah, kini telah menemukan tambatan hatinya. Saya pun kini juga telah memilih jalan saya sendiri, dengan cerita indah yang akan saya bangun sendiri. Percayalah, Allah selalu memberikan jalan terbaik untuk kita semua.
Oleh karena itu, kepedulian dan kehadiran itu sangat diperlukan dalam setiap membangun sebuah hubungan. Jika salah satu tidak ada, maka yang harus (mutlak) dipersiapkan adalah komitmen. Tanpa komitmen, maka cinta akan terasa hambar, apalagi untuk pasangan yang sudah membina rumah tangga.

                                                        Yogyakarta, 12 Oktober 2015

0 komentar:

Posting Komentar

apa komentar anda tentang bacaan ini?