Oleh: Ahmad Zaini Aziz
“…dan janganlah
kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena Sesungguhnya syaitan itu adalah
musuh yang nyata bagimu”. (Q.S. al-Baqarah [1]:168)
Manusia
adalah salah satu makhluk Allah yang paling sempurna di muka bumi ini
dibandingkan dengan makhluk Allah lainnya. Kesempurnaan itulah yang menjadi
alasan mengapa manusia diberikan tugas oleh Allah sebagai Khalifah fi al-ard. Masih ingatkah sebuah cerita yang menunujukkan
kedigdayaan manusia ketika ada sebuah tawaran Allah untuk mengamban amanah di
muka bumi? Dari semua makhluk yang mendapatkan tawaran dari tuhan yang maha
kuasa hanya ada satu makhluk yang sanggup untuk mengemban amanah tersebut, dialah
manusia yang menerima tawaran Allah dengan segala kesempurnaannya.
Terlepas dari itu semua, nampaknya
banyak manusia yang melupakan dengan amanahnya selaku makhluk ahsani taqwîm. Apalagi melihat kenyataan
yang terjadi dalam realita saat ini, sepertinya wabah
degradensi moral sudah menjalar kemana-mana. Maka tidak heran jika setiap ngobrol terkait zaman masa kini sering
terdengar “perilaku manusia sudah sama halnya perilaku setan yang durjana”,
artinya sudah banyak sekali manusia yang lupa akan tuhannya, meninggalkan
ibadah yang merupakan kewajiban yang harus dilaksanakan dan tidak sedikit yang
selalu menjalankan maksiat. Sebenarnya ada apa dengan perkembangan zaman yang
semakin hari usianya semakin berkurang? Pertanyaan ini bukan pertanyaan mudah
yang bisa kita jawab, semua dapat dijawab dengan cara melakukan perubahan dan
intropeksi masing-masing individu.
Salah satu cara untuk melaksanakan
kewajiaban kita sebagai orang mukalaf adalah dengan selalu menjalankan perintah
Allah dan meninggalkan larangannya. Namun dalam menjalankan ibadah sering kali
kita terganggu dengan sifat-sifat malas, meremehkan dan sifat negatif lainnya.
Sebenarnya darimanakah sifat itu berasal? Tentunya semuanya berawal dari adanya
pertantangan ruh baik (fitrah manusia) dan ruh jahat (setan) yang kemudian
masuk ke dalam hati dan menuju kepada sebuah tindakan. Dengan demikian cara
yang paling tepat untuk mengatasi itu semua adalah dengan selalu membersihkan
diri kita dengan cara selalu mendekatkan diri kepada yang maha kuasa.
Meneladani Sifat-Sifat Setan
Penjelasan
yang menyatakan bahwa setan adalah musuh manusia yang nyata, bukan lagi kalimat aneh yang jarang kita dengar.
Banyak ayat al-Quran yang menjelaskan bahwa keharusan kita untuk tidak tergoda
dan mengikuti perbuatan setan. Setan memang makhluk durjana yang diciptakan
Allah yang bertugas untuk menggiring manusia ke arah keburukan. Melihat adanya
peringatan di atas sudah wajar jika kita selalu menilai semua yang ada pada
diri setan hanyalah hal negatif. Padahal ada beberapa hal positif yang ada pada
diri sifat setan yang bisa ikuti. Apa saja sifat-sifat tersebut?
Seorang mukmin yang sedang
melaksanakan PDKT kepada Allah,
setidaknya ada beberapa cara yang bisa dilaksanakan. Beberapa cara ini
merupakan cara setan ketika membujuk atau merayu manusia supaya bisa
meninggalkan Allah. Cara-cara tersebut adalah: pertama, bersungguh-sungguh, salah satu sifat yang dimiliki setan
dalam menjalankan tugasnya menggoda manusia adalah dengan adanya niatan dan
tindakan yang sungguh-sungguh. Tidak ada satu setan pun yang tidak
bersungguh-sungguh dalam menggoda manusia untuk meninggalkan kewajibannya
walaupun terdapat banyak rintangan yang harus dijalaninya. Karena kesungguhan
itulah banyak manusia yang tergoda dan menambah lumbung kesuksesan setan,
hendaknya kita selaku orang mukmin tidak malu untuk meniru langkah setan yang
pertama ini, dalam menjalankan ibadah kepada Allah memang perlu ada niatan yang
mantap supaya tujuan untuk mendapatkan ridha dan sampai kepada Allah bisa
tercapai.
Kedua, Istiqamah,
setelah bersungguh-sungguh langakah setan yang kedua adalah menjalankan visinya
denga terus-menerus (Istiqamah),
biarpun yang dijankan berat, namun ia menggodanya secara langgeng/kontinyu/terus
menerus, sehingga banyak manusia yang tidak sedikit masuk ke perangkap setan. Sebagai
orang islam yang sudah tahu tentang aturan agama sudah selayaknya kita
mengikuti sifat setan satu ini. Karena dengan cara inilah kita akan menjadi
manusia kamil di mata Allah. Ada sebuah kalimat yang menyatakan bahwa “al-Istiqamatu khairu min alfi karamah”
istiqamah itu lebih baik dari seribu kemuliaan, bisa kita bayangkan bagaimana
susahnya mendapatkan kemualiaan di sisi Allah dan di sisi manusia, hal itu
dapat kita peroleh hanya dengan istiqamah melakukan hal baik, kalimat ini juga
menunjukkan bahwa betapa beratnya kita untuk melakukan perbuatan baik dengan
istiqamah. Maka dari itu, wajar jika istiqamah adalah rumus jitu untuk
menaklukan tujuan yang dianggap sangat berat untuk didapat.
Ketiga, kerjasama,
dalam menjalankan visinya dalam menggoda manusia setan menggunakan langkah yang
ketiga, yaitu adat kerja sama (Ta’awun)
konsep inilah yang digunakan setan dalam menjebak manusia supaya masuk ke
lembah kenistaan. Setan selalu bekerjasama dalam menggoda manusia, antara setan
tidak akan ada yang berebut lahan/menggoda manusia. Saling memberi masukan dan
tolong menolong dalam melaksanakan visinya. Nah
mari kita tengok muslim yang
saling bersaudara saat ini. Secara teori Tuhan kita diciptakan di bumi hanya
dengan satu tujuan yaitu untuk menyembahnya, kalau demikian sebenarnya tidak
ada yang berbeda dengan setan. Setan memiliki tujuan yang sama yaitu memasukan
manusia ke dalam neraka sedangkan orang mukmin memunyai tujuan yang sama yakni
menyembah Allah supaya mendapatkan ridha dan surganya. Dengan demikian dalam rangka
mendekatkan diri kepada Allah diantara orang mukmin harus saling kerjasama,
saling mengingatkan, mengisi, membangun dan seterusnnya. Namun ada yang berbeda
antara setan dan orang mukmin pada kontek kekinian. Kenyataan yang ada banyak
diatara kita yang menunjukkan sikap ketidakharmonisan dalam menjalani
kehidupan, “Sudahkah kita bisa mengalahkan setan?”
Keempat, kreatif dan
inovatif, kegiatan yang dilaksanakan oleh setan tidaklah monoton, banyak
ide-ide kretaif yang digunakan dalam menjalankan tugasnya. Setan selalu
berusaha dengan cara apapun supaya tujuannya tercapai. Setan memang pandai dan
cerdik, banyak cara-cara yang inovatif sehingga tidak hanya orang awam yang terkena
imbasnya, nabi kita yang pertamapun dapat ditaklukan dengan cara-cara indah
supaya tergoda. Ini menggambarkan betapa briliantnya
setan menciptakan ide kretif dan inovatif. Bayangkan jika hamba-hamba Allah
yang paling sempurna melakukan pendakatan kepada Nya dengan berbagai cara yang
kretif lagi inovatif sehingga Allah tergoda untuk memasukkan dirinya ke surga.
Tentunaya setan akan meringis kalah saing dengan hamba-hamba pilihan Allah.
Kelima, tidak putus asa,
bagi setan sendiri menggoda menusia yang bertaqwa tidaklah mudah. Maka dari itu
setanpun berikrar bahwa Ia harus memiliki sifat tidak pantang menyerah dalam
menggoda manusia, terlebih manusia yang bertaqwa dan beriman.
Hikmah Meneladani Sifat-Sifat Setan
Kelima
sifat yang telah dijelaskan di atas merupakan sifat yang harus ada dalam diri
seorang muslim. Hanya saja penggunaan sifat tersebut harus digunakan dalah
rangka mendekatkan diri kepada Allah. Jika setan memiliki tujuan hidup yaitu
menjermuskan manusia ke dalam api neraka maka orang muslim pun harus memiliki
visi yang jelas dalam mendekatkan diri kepada Allah, di saat inilah orang
muslim dapat meneladani sifat-sifat setan dalam rangka mendekatkan diri kepada
Allah. Hanya dengan sifat inilah manusia akan menjadi hamba
pilihan Allah. Jika
kita tangguh dalam beribadah kepada Allah walaupun beribu cobaan yang menimpa
kita maka kita akan mendapat buah yang manis sebagiamana setan-setan yang
selalu hore-hore setiap sukses menipu
manusia.
Penutup
Demikianlah beberapa sifat
setan yang bisa kita ikuti dalam rangka beribadah kepada Allah. Hendaknya kita
malu jika kita sendiri kalah dengan setan, padahal sebagaimana kita ketahui
bahwa setan jauh dari sempurna jika dibandingkan dengan manusia. Seandainya
kita beribadah dengan menggunakan sifat-sifat setan diatas maka tentunya kita
akan menjadi hamba yang paling beruntung karena kita termasuk orang-orang yang
dekat kepada Allah. Sebagai pertanyaan akhir, Sudahkah kita bisa mengalahkan
setan dengan bersifat seperti setan?. Wallâhu
A’lam bi Shawâb.[]
Ahmad Zaini Aziz
Santri Pon-Pes UII Angkatan 2009
0 komentar:
Posting Komentar
apa komentar anda tentang bacaan ini?