Selasa, 02 Juli 2013

NUBUAT TENTANG NABI MUHAMMAD SAW DALAM AGAMA KUNO BANGSA PERSIA (ZOROASTER)



 Oleh: Muhammad Qamaruddin

وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ ۝   

“Dan Kami tidak mengutusmu (Muhammad) kecuali sebagai rahmat bagi seluruh alam”. (QS. al-Anbiya [21]: 107)

            Agama (din, religion) adalah sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya. Secara terminologi dalam ensiklopedi Nasional Indonesia, agama diartikan sebagai aturan atau tata cara hidup manusia dengan hubungannya dengan tuhan dan sesamanya.

            Pada hari ini, banyak sekali agama-agama yang ada di muka bumi ini. Di Indonesia, ada enam agama yang diakui oleh Negara sesuai dengan UUD 1945. Agama tersebut adalah Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha, dan Konghucu. Menurut hasil sensus tahun 2010, 87,18% dari 237.641.326 penduduk Indonesia adalah pemeluk Islam, 6,96% Protestan, 2,9% Katolik, 1,69% Hindu, 0,72% Buddha, 0,05% Kong Hu Cu, 0,13% agama lainnya, dan 0,38% tidak terjawab atau tidak ditanyakan.
            Terkait dengan pernyataan di atas, tentunya kita sepenuhnya percaya kebenaran agama Islam yang telah dibawa oleh Nabi Muhammad SAW. Tak ada keraguan di dalamnya. Inilah agama yang telah disempurnakan oleh Allah untuk seluruh umat di dunia. Sesuai dengan firman Allah, “… Pada hari ini telah Aku sempurnakan untukmu agama-mu, dan telah Aku cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Aku ridhai Islam sebagai agama bagimu …” (QS Al-Maidah [5]: 3).  
            Muhammad adalah nabi penutup para nabi (Khatamun Nabiyyin). Ia adalah nabi akhir zaman. Tidak ada lagi nabi setelah nabi Muhammad. Hal ini sesuai dengan firman Allah pada surah al-Ahzab [33] ayat 40. Ia menyampaikan risalah Islamiyah dari Allah SWT kepada seluruh umat manusia. Kehadiran Muhammad di muka bumi ini tentu saja telah diramalkan oleh agama-agama sebelum Islam. Tidak hanya dalam kitab suci agama Yahudi dan Kristen, tetapi juga dalam kitab suci agama lain seperti Hindu, Budha, dan Zoroaster!
            Abdul Haq Vidyarthi, penulis buku Muhammad in Word Scriptures The Parsi, Hindu and Buddhist Scriptures mencoba untuk meneliti kitab suci dari agama yang selama ini dianggap sebagai agama non-samawi. Hasilnya ia menemukan beberapa ramalan tersebut. Memang beberapa nubuat tersebut bersifat mistik, dan diungkapkan dalam bahasa yang tidak bisa diterima tepat secara harfiah. Namun, kata Abdul Haq Vidyarthi, kalau kita menginterpretasikannya dengan cara yang tepat dan mengelaborasikan berbagai nubuat tersebut dengan fakta sejarah, berbagai nubuat tadi dengan jelas mengacu kepada Rasulullah Muhammad SAW. Subhanallah!.
            Tulisan ini akan sedikit membahas tentang nubuat Muhammad yang disampaikan oleh Abdul Haq Vidyarthi, khususnya yang ada pada agama Zoroaster, salah satu agama non-samawi yang ada di dunia.

Zoroastrianisme, Agama Kuno Bangsa Persia
            Secara umum dikenal sebagai Parsi-isme, agama para ‘penyembah api’, atau magianisme. Pendirinya adalah Zarathustra atau Zoroaster yang diduga hidup sekitar 1100-550 SM. Dua bagian kitab yang sangat penting dari agama ini adalah Dasatir dan Vesta (Zend Avesta). Setiap bagian kitab itu terbagi lagi menjadi dua, Dasatir dengan Khurda Dasatir dan Kalan Dasatir, dan Vesta dengan Khurda Avesta dan Kalan Avesta (Zend atau Maha Zend).
Diperkirakan sekarang pemeluk agama ini tinggal 2 juta orang. Bahkan di negeri asalnya (Iran), pengikut Zarathustra sekitar 10 ribu hingga 100 ribu orang saja. Sepanjang abad 20, banyak penganut Zoroastrianisme yang menetap di Iran dan India melakukan migrasi ke negara-negara lain. Kini, komunitas Zoroastrianisme dapat ditemukan di kota-kota besar seperti London, New York, Chicago, Boston dan Los Angeles dan telah hidup berbaur dengan komunitas-komunitas beragama lain.
            Sebagian ajaran Zoroaster senada dengan apa yang disampaikan oleh al-Qur’an. Misalnya saja tentang penciptaan alam semesta yang berlangsung dalam enam periode waktu, tentang Yim (Nuh) yang disebut sebagai nabi pertama yang membawa hukum tetapi menolak mengabarkan kenabiannya, Tuhan juga mengabarkan kepada Yim tentang badai besar akan segera datang, dan tentunya kabar tentang akan datangnya ‘orang yang telah dijanjikan’, sama seperti kabar yang disampaikan kepada nabi-nabi lain seperti Isa al-Masih.
            Ketika para sahabat Rasulullah bertemu dengan para penganut agama Zoroaster, mereka mempelajari agama tersebut. Mereka menarik kesimpulan bahwa Zoroaster adalah seorang nabi yang juga mendapatkan wahyu. Oleh karena itulah, mereka memperlakukan para penganut Zoroasterianisme sebagai bagian dari ‘ahli kitab’. Ia dianggap sebagai salah satu nabi yang namanya tidak disebut dalam al-Qur’an. Hal ini sesuai dengan firman Allah, “Dan sesungguhnya telah Kami utus beberapa orang rasul sebelum kamu, di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antara mereka ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu” (QS al-Mu’min [40]: 78)
            Ada banyak nubuat yang jelas di dalam kitab Zend Avesta. Dalam Vendidad, bagian pertama dari Zend Avesta, dan Yatshts, bagian kedua dalam kitab yang sama, tercatat bahwa akan ada penerus Zoroaster yang masih tersembunyi yang akan muncul setelah Zoroaster. Dijelaskan bahwa akan ada seorang wanita yang mandi di danau Kasava dan akan hamil. Ia akan melahirkan seorang nabi yang telah dijanjikan, yang disebut Astvat-ereta atau Soeshyant yang berarti rahmat bagi dunia. Ialah yang akan melindungi iman Zoroaster, menumpas iblis dan berhala, dan mensucikan pengikut Zoroaster dari segala kesalahan mereka.
            Menurut penjelasan Abdul Haq Vidyarthi, Kasava yang dimaksud disini bukanlah dalam arti fisik, melainkan mata air ruhani atau Kautsar dari nabi Muhammad. Melalui Kautsar inilah, Rasulullah menjadi peneguh semua nabi dan juga menjadi ‘yang dijanjikan’ yang disebutkan semua agama. Nubuat Zoroaster menyebut, ‘yang dijanjikan’ akan melindungi berbagai ajarannya seperti halnya dia melindungi ajaran dari berbagai nabi lainnya.
            Dalam Farvardin Yasht, XIII: 17 disebutkan bahwa Tuhan Yang Maha Kuasa menyapa Zoroaster di dalam Zend Avesta dengan cara berikut, “Yang paling perkasa di antara umat Muslim, wahai Zaratushtra, adalah mereka-mereka yang memegang teguh hukum kuno, atau mereka-mereka yang ‘Soeshyant’ (belum dilahirkan), yang akan memulihkan dunia.”    Bahkan secara lebih detail di dalam Farvardin Yasht, XXVIII: 129 dijelaskan sebagai berikut, “Namanya yang bermakna, Yang Menang, ‘Soeshyant’ (sang Penolong) karena dia akan bermanfaat bagi seluruh dunia. Dia akan menjadi Astvat-ereta (dia yang membantu umat bangkit) karena sebagai makhluk, dia akan berdiri menentang penghancuran yang dilancarkan mereka yang menyembah berhala dan kelompoknya dan kesalahan orang-orang Mazdaynians.”
Ada satu kata yang perlu dijelaskan, yaitu ‘Astvat-ereta’. Akar dari kata ini adalah ‘astu’ yang berarti memuji dalam bahasa sanskerta dan zend. Beberapa ahli bahasa menerjemahkan kata ini sebagai ‘orang yang membangkitkan sesuatu’. Akan tetapi, sebenarnya bahasa sanskerta lebih dekat kepada Zend dibandingkan bahasa Persia. Oleh karena itu, kata ‘Astvat-ereta’ menurut akar kata baik dalam bahasa Zendi maupun sanskerta, berarti ‘yang terpuji’, yang dalam bahasa Arab berarti ‘Muhammad’! Tidak ada nabi lain kecuali Nabi Muhammad yang bisa menjadi pengejawantahan nubuat ini dengan begitu cepat.
            Adapaun nubuat yang ada di bagian kedua dari Kitab Zoroastrianisme, yaitu Dasatir. Kitab ini –yang ada sekarang– terdiri dari lima belas bagian. Pada bagian Sasan I, tercatat dengan jelas tentang nubuat mengenai munculnya sang Nabi. Disebutkan di dalamnya bahwa ketika para penganut Zoroastrianisme melupakan agama mereka, maka akan ada seseorang yang dibangkitkan di tanah arab. Ia bersama pengikutnya akan menaklukkan bangsa Persia yang sombong. Sebagai ganti dari menyembah api di kuil-kuil mereka, bangsa Persia akan menghadapkan wajah mereka ke arah Ka’bah yang dibangun oleh oleh Ibrahim yang akan dibersihkan dari segala berhala. Mereka akan menjadi rahmat dunia. Merekalah yang akan menaklukkan Persia, Madian, Tus, Baikh, tempat-tempat suci kaum Zoroastrianisme dan wilayah sekelililingnya. Nabi mereka adalah seorang manusia yang jernih bertutur kisah-kisah penuh mukzizat.
            Beberapa orang fanatik dari mereka mungkin saja memalsukan kitab mereka dan menutupi nubuat ini, atau menyatakan bahwa orang yang dijanjikan tersebut datang dari kalangan Zoroastrianisme. Mereka juga dapat menyatakan bahwa ini hanyalah tipuan untuk membujuk penganut Zoroastrianisme untuk memeluk Islam. Namun sangat tidak mungkin seorang nabi yang dipercaya telah diberi wahyu (yaitu Zarathustra) merendahkan dirinya sendiri dengan membuat segala macam tipu muslihat semacam itu.
Perlu diingat, sebelum datangnya Nabi Muhammad SAW, penganut Zoroastrianisme telah kehilangan hampir semua bagian dari kitab mereka. Mereka mengalami kemunduran moral dan iman. Hal ini tertera dengan jelas dalam bagian kitab suci mereka, Sasan. Ini adalah tanda pertama dari kemunculan sang reformis. Mereka begitu mendambakan datangnya sosok tersebut, dialah Nabi Muhammad SAW.

Epilog
            Kedua kitab pegangan dari para penganut Zoroaster tersebut menyebutkan berbagai nubuat Muhammad dengan jelas. Berbagai penjelasan terdapat di dalam kitab itu, seperti tentang penyebutan seorang pria yang dilahirkan di tanah Arab yang namanya adalah Muhammad. Ialah yang akan menjadi rahmat bagi dunia. Sungguh akan sangat sulit bagi para penganut Zoroastrianisme untuk menafikan nubuat yang –terlalu– ilustratif, jelas, dan tegas.
            Inilah salah satu bukti kebenaran datangnya Nabi Muhammad sebagai ‘orang yang dijanjikan’ dalam beberapa kitab terdahulu. Ia adalah sosok yang dinanti-nanti dan akan meluruskan ajaran tauhid terhadap Allah SWT melalui agama Islam. Kehadiran Nabi Muhammad menjawab semua pertanyaan mengenai sosok yang ditunggu pada kitab-kitab tersebut. Sebagai seorang muslim, apalagi yang perlu kita ragukan? Inilah agama yang sebenar-benarnya diridhoi oleh Allah SWT. “Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya” (QS Ali Imran [3]: 19). Wallahu ‘alam bish-shawab.
Muhammad Qamaruddin
Staf PSDS Organisasi Santri Pondok Pesantren UII
& Editor LPM Pilar Demokrasi FIAI UII
             
           

1 komentar:

apa komentar anda tentang bacaan ini?