Oleh: Agus
Fadilla Sandi
“Bersungguh-sungguhlah
dan jangan malas,
karena
penyesalan adalah akibat bagi orang-orang yang malas”
(Al-Hikmah)
Apakah anda sudah membuat resolusi (target)
tahun ini? Kendati resolusi bukanlah sebuah kewajiban, tetapi aktivitas perencanaan
target dan mimpi ini memiliki pengaruh yang sangat positif dalam kehidupan.
Resolusi dipercaya dapat menjadi pengingat dan motivasi tersendiri bagi orang yang
memiliki resolusi tersebut.
Secara sederhana, resolusi dapat
dipahami sebagai sebuah konsep dan target tertentu yang ingin dicapai berdasarkan
ketetapan hati seseorang. Umumnya resolusi juga dimaksudkan sebagai mimpi,
cita-cita dan target tertentu. Terlepas dari beraneka ragam pengertian resolusi
tersebut, pastinya resolusi dapat menjadi pedoman bagi yang membuatnya.
Berbicara resolusi, mungkin ada di antara kita yang tekun membuat resolusi
pada setiap awal tahun dan atau saat hari ulang tahunnya. Namun ada pula yang
menganggap resolusi sebagai sesuatu hal yang tidak penting. Apapun sikap kita
terhadap resolusi, tapi yang terpenting setiap kita pasti memiliki keinginan.
Nah, keinginan tersebut dapat dikatakan sebagai resolusi. Pertanyaannya,
seberapa sering keinginan kita dapat terealisasi? atau bahkan tidak pernah terealisasi
sama sekali? Jika demikian, berarti ada tanda tanya yang mesti dijawab.
Berencana,
jangan takut “bencana”
Jawaban pertama dari tidak
terealisasinya suatu resolusi adalah kurangnya perencanaan. Berencanalah!
Rencanakan resolusi secara terperinci. Semakin detail suatu perencanaan semakin
besar kemungkinannya untuk terwujud. Ada orang yang enggan beresolusi dengan
alasan selama ini resolusinya tak kunjung terealisasi. Jika resolusi tidak
terealisasi, jangan terburu-buru menyalahkan resolusi, tapi koreksi diri terlebih
dahulu terhadap perencanaan atas resolusi itu sendiri.
Orang bijak berkata, “barang siapa yang
tahu akan jauhnya perjalanan, maka bersiap-siaplah.” Jika untuk pergi liburan saja
kita rela menghabiskan waktu berjam-jam untuk membuat rencana transportasi dan
akomodasi, lantas mengapa untuk kehidupan yang jangka panjang kita tidak
bersedia membuat rencana? Bukankah kapal yang tanpa arah tujuan akan
terombang-ambingkan oleh ombak?
Bagi sebagian orang, berencana bukanlah
hal yang menarik untuk dilakukan. Sehingga tidak heran jika banyak orang yang menyesal
di akhir karena hal yang diinginkannya tidak terealisasi. Mengapa tidak
terealisasi? Salah satu sebabnya adalah karena mereka tidak serius dalam
merencanakan. Ingatlah, “gagal merencanakan sama dengan merencanakan kegagalan.”
Sayangnya, ada di antara kita yang untuk berencana
(bermimpi) saja tidak berani. Apalagi mewujudkannya? Mereka berfikir bahwa jadi
orang kaya, kesempatan ke luar negeri dan penuh prestasi hanyalah milik orang-orang
tertentu. Orang biasa tak layak untuk itu walau sekedar memimpikannya. Ini
adalah hal yang kurang tepat, sebab justru orang biasa tak akan ada artinya
jika tak punya mimpi.
Jika ditanya, kenapa orang takut
bermimpi? Jawabannya, karena ia tahu itu tak pasti. Jelas, jika telah pasti,
kenapa harus takut? Justru karena tidak pasti, makanya ia takut. Namun, adakah
keistimewaan dari sesuatu hal yang telah diketahui secara pasti? Sesuatu yang
telah pasti hanya memiliki nilai sebatas pada apa yang terlihat dari padanya,
sedangkan sesuatu yang tidak pasti memiliki nilai istimewa dibalik
ketidakpastiannya.
Contoh di kehidupan sehari-hari, setamat
kuliah, para wisudawan/wati antusias meramaikan bursa kerja atau lowongan kerja.
Semua mencari pekerjaan yang memiliki keterangan kerja dan gaji yang pasti.
Tapi apa yang mereka akan dapatkan? Tak lain hanya sebatas apa yang ada di
keterangan tersebut. Bandingkan dengan orang-orang yang rela berwirausaha. Ada
kemungkinan ia gagal, tapi tak menutup kemungkinan ia meraih keuntungan lebih
dari kemungkinan yang ada.
Laksanakan
tanpa Penundaan
Jawaban kedua dari tidak terealisasinya
suatu resolusi adalah penundaan melaksanakan resolusi. Bukan karena beratnya
rencana yang menyebabkan resolusi tidak tercapai, melainkan karena seringnya
diri menunda untuk segera melaksanakan. Penyair berfatwa, “aku tidak pernah
melihat aib pada manusia seperti kelemahan orang yang mampu menyempurnakan tapi
ia tidak menyempurnakan.”
Thomas Alva Edison berkata, “Sering kali
kegagalan dalam hidup ini terjadi ketika orang tidak tahu betapa dekatnya ia
dengan kesuksesan jika ia terus maju. Namun, ia justru menyerah.” Edison tidak
mungkin menemukan lampu tanpa konsistensi dan terus melaksanakan percobaan yang
ia rencanakan. Jika ia terus menunda untuk melaksanakan percobaan, mungkin
mahakarya lampu tidak lahir dari tangannya.
Ingatlah, ribuan kilo perjalanan tetap
dimulai dengan langkah pertama. Jika kita terus menunda untuk melangkah,
sedekat apapun tujuan kita dapat dipastikan tidak akan pernah sampai. Sehingga,
kunci dari keberhasilan mewujudkan resolusi adalah segera melaksanakan dan
jangan menunda. Sebab orang sering gagal bukan karena kurang mampu, tapi karena
tidak konsisten untuk melaksanakan dan sebaliknya justru konsisten untuk
menunda.
Mengapa orang sering menunda? Sebab kita
sering beranggapan bahwa kita terlalu banyak agenda sehingga perlu menunda
untuk melaksanakan hal ini dan itu. Ada pula yang beranggapan bahwa kita butuh
istirahat, padahal hari-hari kita telah lewat begitu saja dengan banyaknya
istirahat. Dan ketika semua hal sudah bertumpuk dan sampai deadline, kita baru sadar dan kemudian menyesalkan diri. Mengapa
aku kemarin menunda?
Ada dua hal yang dapat penulis sarankan
agar kita dapat melaksanakan rencana tanpa penudaan, yaitu: Pertama, buatlah daftar hal-hal yang
harus dilaksanakan. Ketahuilah, bahwa penundaan sering kali terjadi karena
ketidakjelasan kegiatan yang akan dilaksanakan. Hal ini menyebabkan kita tidak
mengetahui secara pasti apa yang benar-benar harus dilaksanakan saat ini dan
nanti. Oleh karenanya, buatlah daftar secara jelas dan lugas untuk setiap
harinya.
Kedua, evaluasi kembali tujuan dan nilai
anda dalam kehidupan. Setiap kita pasti memiliki tujuan dan nilai dalam
kehidupan. Jika anda tidak punya, bersegeralah membuatnya. Hidup teramat indah
untuk tidak berubah. Perlunya tujuan dan nilai dalam kehidupan adalah untuk memudahkan
kita dalam membuat prioritas. Setiap harinya kita dihadapkan pada berbagai
agenda. Jika kita tidak ada prioritas, kita akan bingung terhadap apa yang
harus dilaksanakan terlebih dahulu. Dan kebingungungan inilah yang sering kali
membuat kita untuk menunda.
Rencanakan
dan Laksanakan!
Hidup ini sangat sederhana, hanya kita
merumitkannya dengan rencana yang tidak terlaksana. Rencanakanlah kehidupan
yang lebih baik dengan penuh keyakinan kelak akan dapat diwujudkan. Bukankah
berniat baik saja sudah mendapat ganjaran dari-Nya? apalagi jika
melaksanakannya. Begitu indah hidup ini jika dapat melaksanakan sesuatu sesuai
dengan yang direncakanan. Terlebih dapat melaksanakan apa-apa yang mustahil menurut
orang lain.
Tugas kita hanyalah berencana dan
melaksanakannya sebaik mungkin. Kedua hal tersebut merupakan bentuk upaya dan
kesungguhan kita akan resolusi tertentu. Dalam perjalanan hidup, perencanaan
adalah start (awal) dan pelaksanaan
adalah process (proses). Adapun hasil
merupakan finish (akhir) yang menjadi
kuasa Tuhan. Kita harus yakin, sebab Tuhan berfirman, “Barangsiapa
yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya.
Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan
melihat (balasan)nya pula.” (Q.S. Al-Zalzalah [99]: 7-8).
Dengan demikian, agar resolusi tahun
baru ini dapat terealisasi, maka “Rencanakan dan laksanakan, karena segala
sesuatu tidak ada yang kebetulan.” Kendati begitu, kita juga harus ingat bahwa
“Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka
bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang
bertawakkal kepada-Nya.” (Q.S. Ali Imran [3]: 159). Finally, happy new year. Plan and Do it!
Agus
Fadilla Sandi
Wakil
Ketua DPM UII
0 komentar:
Posting Komentar
apa komentar anda tentang bacaan ini?