Indonesia
semakin latah! kata itulah seharusnya
disematkan pada negara ini, khususnya kalangan remajanya. Mereka semakin bangga dengan ‘membeo’
budaya negara lain. Seluruh budaya yang berasal dari
luar ditiru mentah-mentah
dalam kehidupan sehari-hari. Semua itu
(baca: meniru budaya orang lain) seolah-olah menjadi hal yang lumrah. Lalu yang menjadi pertanyaan, apakah masyarakat Indonesia
hanya selalu bisa menerima tanpa bisa membuat sesuatu yang lebih baik?
Mungkin
kita masih dapat mengingat, bagaimana remaja Indonesia kecanduan oleh virus
negeri Sakura beberapa tahun silam. Siapa yang tidak mengenal anime
(kartun buatan Jepang) dan manga (komik khas Jepang) yang sempat membuat kartunis dan komikus
domestik ‘gigit jari’. Mereka kalah bersaing meskipun
itu di negeri mereka sendiri. Belum lagi gaya
berpakaian ala Jepang yang ditiru bulat-bulat oleh remaja Indonesia. Sederet artis Jepang seakan-akan
turut andil dalam menyebarkan virus negeri
Sakura ini. Nah, belum sembuh dengan penyakitnya itu, Indonesia malah kembali terkontaminasi penyakit lainnya, virus Hallyu.
Hallyu atau disebut juga Korean Wave adalah istilah yang merujuk pada peningkatan secara signifikan
popularitas budaya Korea Selatan di seluruh dunia. Sejak abad 21, semua orang menjadi tertarik menonton drama Korea,
mendengar music K-pop (Korean pop), makanan khas korea, pakaian khas korea,
belajar berbahasa korea (hangul) bahkan brand-brandnya. Hampir seluruh negara di dunia telah
terkontaminasi virus dari negeri Ginseng tersebut.
Virus budaya Hallyu positif
menjangkiti Indonesia dalam satu dasawarsa terakhir. Indonesia dibombardir dengan segala
perangkat yang berhubungan dengan Korea. Semua hal yang berbau Korea terus dipertontonkan
di layar televisi Indonesia. Tak ayal lagi,
sosok-sosok seperti Kim Hyun Joong, Lee Min Ho, SNSD, Super Junior, Rain, Hyun Bin, Shinee, CN Blue, 2pm, dan Wonder girls menjadi tidak asing lagi bagi kalangan remaja Indonesia. Mereka menjadi kiblat dalam berperilaku bagi generasi muda di
tanah air. Kemunculan mereka pulalah yang menginspirasi terbentuknya boyband/girlband
lokal seperti Sm*ash, 7 Icons, Cherebelle, dan yang lainnya. Imbas lain dari menjamurnya
wabah korea ini adalah mulai meredupnya industri film Indonesia. Masyarakat
Indonesia lebih menyukai perfilman Korea ketimbang perfilman Indonesia. Lihatlah
betapa banyak drama Korea yang mengisi layar televisi Indonesia.
Meskipun jumlah ‘penderita’ virus Hallyu asal Indonesia
masih kalah jauh jika dibandingkan dengan Thailand dan China, tetapi mereka
merupakan fans militan yang rela melakukan apapun untuk sang idola. Sayangnya, ketenaran
budaya Korea di Indonesia tidak sebanding dengan ketenaran Indonesia di sana.
Nama ‘Indonesia’ sendiri masih asing di telinga masyarakat Korea, tidak seperti
negara tetangga seperti Singapura atau Korea.
Melihat dari fenomena demam Korea ini, seolah-olah kita lebih
mencintai budaya asing daripada budaya nenek moyang kita sendiri. Lebih
kolotnya, kita bahkan mencemooh budaya kita sendiri. Padahal masih banyak sisi
yang belum kita ketahui dari kehidupan masyarakat Korea. Misalnya hasil
pengamatan dari Menteri
Kesehatan Korea Selatan yang mengatakan bahwa ada sekitar 35 orang Korea yang
tewas bunuh diri setiap hari, baik dari kalangan artis maupun orang biasa. Hal
ini membuat
Korea menjadi
negara dengan angka bunuh diri nomor 1 di dunia! Selain itu, Hasil dari sebuah
survey bahwa 90% responden pria dan wanita usia 18-35 tahun di sana
menginginkan operasi plastik untuk mendukung penampilan mereka. Seperti inikah
gaya hidup yang diidolakan banyak remaja kita saat ini?
Tanpa memvonis salah atau tidaknya
virus Hallyu, kita tentunya harus bersikap bijak dalam menilai sisi positif dan negatifnya. Hal yang
patut kita acungi jempol, wabah boyband/girlband Korea adalah inspirasi nyata
kemunculan kembali boyband Indonesia yang sempat lenyap dari belantara musik
Indonesia. Adanya film-film Korea pun, seharusnya dapat menjadi cambuk
kebangkitan perfilman Indonesia yang –akhir-akhir ini- hanya dapat ‘jalan
di tempat’. Kreativitas dapat ditingkatkan dengan belajar dari industri film
Korea yang dapat merambah kancah dunia.
Akan sangat fatal nantinya jika
Indonesia, khususnya kalangan remaja terus terbuai oleh virus Hallyu ini.
rasa cinta dan kebanggaan terhadap budaya Indonesia itu sendiri akan terkikis
sedikit demi sedikit. Mereka akan melupakan jati mereka sendiri sebagai bangsa
Indonesia yang pada dasarnya memiliki ragam corak budaya yang sangat luar
biasa. Bisa jadi lambat laun budaya negara sendiri akan terganti dengan budaya negara
orang lain. kita seharusnya bangga, Indonesia adalah bangsa yang besar, Indonesia memiliki teritorial
yang luas, Indonesia memiliki nilai-nilai budaya bernilai cita rasa tinggi Indonesialah negara
yang juga layak memberikan pertunjukan terhadap pentas dunia. (Muhammad
Qamaruddin)
0 komentar:
Posting Komentar
apa komentar anda tentang bacaan ini?