Universitas
Islam Indonesia (UII) mempunyai sejarah yang panjang di dunia pendidikan
Indonesia. Dapat dikatakan UII adalah universitas pertama yang dibangun atas
dasar cita-cita luhur dari tokoh-tokoh nasional Indonesia. inilah wujud dari
keinginan untuk mengembangkan basis pendidikan yang bercorak nasional dan
islamis. Atas dasar inilah, UII terus memberikan sumbangsih terhadap pendidikan
Indonesia.
UII didirikan
bertepatan pada tanggal 27 Rajab 1364 H atau 8 Juli 1945 di Jakarta. Pada saat
itu, nama yang dipakai adalah Sekolah Tinggi Islam (STI). Pendirian ini
diprakasai oleh beberapa tokoh Indonesia seperti Muhammad Hatta Mr. Roem, M. Natsir, KH Wakhid
Hasyim dan KH Abdul Kahar Muzakkir. Setelah dipindahkan ke Yogyakarta, maka STI
pun diresmikan kembali oleh Presiden Soekarno pada 27 Rajab 1364 atau 10 April
1946. Tidak berapa lama kemudian, nama STI diubah menjadi Universitas Islam
Indonesia atau yang disingkat UII. Dalam perjalanan sejarahnya, secara tidak
langsung UII mendorong tumbuh dan berkembangnya perguruan-perguruan tinggi di
berbagai kota di Indonesia dan UII secara nyata menjadi bagian dari sejarah
pendidikan nasional itu sendiri.
Ketika pertama
kali dibuka, STI berada di bawah kepemimpinan Prof. KH. Abdul Kahar Muzakkir.
Ia tetap dipertahankan ketika UII
dihadirkan sebagai pengganti STI pada 4 Juni 1948. Beliau menduduki jabatan
sebagai Rektor UII sampai tahun 1960. Kepemimpinan (baca: Rektor) berlanjut
hingga sampai saat ini. Apabila dihitung, sudah hampir berganti sebanyak 13
dekade. Saat ini UII berada di bawah kepemimpinan Prof. Dr. Drs. Edy Suandi
Hamid, M.Ec. Berikut adalah urutan nama rektor UII sejak dididirikan sampai
sekarang:
1. Prof.
KH. Abdul Kahar Muzakkir (1945 - 1948 / 1948 - 1960)
2. Prof.
Mr. RHA. Kasmat Bahuwinangun (1960 - 1963)
3. Prof.
Dr. Sardjito (1963 - 1970)
4. Presidium
H. GBPH Prabuningrat (1970 - 1973)
5. H.
GBPH Prabuningrat (1973 - 1982)
6. Prof.
Dr. Ace Partadiredja (1982 - 1989)
7. Presidium
Prof. H. Zaini Dahlan, MA (1989)
8. Prof.
Dr. H. Zanzawi Soejoeti, M.Sc. (1990 - 1993)
9. Pjs.
Rektor Prof. Dr. H. Zanzawi Soejoeti, M.Sc. (Januari 1994)
10. Prof.
H. Zaini Dahlan, MA (1994 - 1998)
11. Prof.
H. Zaini Dahlan, MA (1998 - 2002)
12. Dr.
Ir. Luthfi Hasan, MS. (2002 - 2006)
13. Prof.
Dr. Drs. Edy Suandi Hamid, M.Ec. (2006 - sekarang)
Menilai
kepemimpinan UII saat ini, maka saya teringat dengan apa yang telah disampaikan
oleh Bapak Edi Suandi Hamid tentang program kerja yang diunggulkan:
“Akan
melanjutkan apa yang saat ini sudah berjalan on the right track, seperti
meningkatkan peringkat world class university yang sudah diraih pertama kali 2
tahun lalu. Juga meningkatkan kompetitivenes UII, yang secara langsung
berdampak pada stabilitas pendapatan dosen/karyawan UII dari tahun ke tahun.
Peningkatan perolehan hibah/dana penelitian, beasiswa dan sumber-sumber lainnya
yang porsi ketergantungan dana dari mahasiswa menurun.
Meningkatkan
suasana Islami dan mendorong DPPAI secara internal memperbaiki proses terkait
pembelajaran agama di UII, mewujudkan target-target sasaran mutu UII sehingga
mendorong meningkatnya daya saing UII. Bekerja dengan target dan quick
evalution atas setiap hasil yang diperoleh. Peningkatan kualitas SDM keluarga
UII dan perhatian lebih banyak pada kesejahteraan keluarga besar UII, termasuk
karyawan kontrak”
Bagi
saya pribadi, di bawah kepemimpinan beliau, hampir semua tujuan tercapai.
Apalagi jika melihat dari internal perekonomian UII yang semakin hari semakin
menguat. Hal ini sangat berkaitan dengan background
beliau yang berasal dari ‘ekonom’. Tentu apabila berbicara tentang ekonomi,
maka beliau adalah pakarnya. Sebagai bukti yang tak terbantah, dapat
dibangunnya sebuah perpustakaan nan megah. Kemegahannnya pun –katanya- dapat
menyaingi Gedung Kahar Mudzakir yang ada di sebelahnya. Sebuah prestasi yang
sangat mengagumkan.
Di lain hal, berbicara tentang
masalah akademik, sebagai Ketua Umum Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Indonesia
(Aptisi), perjuangan beliau mempertahankan eksistensi PTS di Indonesia patut
diacungi jempol. Menurut beliau, PTS tidak hanya sekedar ‘menara gading’, namun
lebih dari itu. Kehadiran PTS dapat memberikan kontribusi bagi masyarakat
Indonesia. lihat saja, berapa banyak alumni yang bersebaran di seluruh
Indonesia. mereka menjadi pemimpin masyarakat.
Saya juga merasa, pada masa
kepemimpinan beliau ini, banyak kerjasama-kerjasama yang dibuat dengan beberapa
Negara, baik dari segi akademik maupun dalam kerjasama lainnya. Hal ini
membuktikan betapa kuatnya keinginan beliau mewujudkan UII sebagai world class university. Tak ayal lagi,
UII tidak lagi sebuah universitas yang asing.
Mari
kita lihat posisi UII di mata dunia pendidikan. Dari sumber yang saya dapatkan,
Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta diklaim sebagai perguruan tinggi
swasta (PTS) terbaik di DIY dan nomor dua secara nasional 2012. Prestasi
tersebut merujuk pernyataan 4 International College and University (4ICU),
yaitu lembaga pemeringkat perguruan tinggi di dunia. UII secara nasional berada
di urutan ke-13. Raihan UII hanya kalah dari Universitas Gunadarma, Jakarta,
yang menempati peringkat keempat atau pertama sebagai PTS terbaik di Indonesia.
semua prestasi ini tentunya tidak lepas dari peran sang rektor yang giat dalam
mempromosikan UII.
Terlepas dari itu semua, banyak
hal yang perlu dikritik. Bagi saya pribadi sebagai seorang mahasiswa sangat
mengetahui keadaan sebenarnya yang terjadi di lapangan (baca: kampus UII).
Memang UII mendapatkan banyak prestasi, namun saya mendapat kesan bahwa itu
hanyalah ‘bungkus kacang’ UII yang terus diperjuangkan. Bayangan saya, UII
terlalu banyak menutup keburukan dan terus mengumbar-umbar kebaikan. Semua itu
mempunyai tujuan, yaitu pengakuan sebagai PTS terbaik. Ada banyak hal yang
dipinggirkan dan dihiraukan. Dengan kata lain, yang penting ‘bungkusnya’ dulu,
baru isinya. Hal ini juga –menurut saya- didukung oleh rektornya sendiri.
Logikanya, mana ada rektor yang mau universitasnya dipandang buruk oleh
orang-orang? Maksud saya mengkritik hal ini adalah perlunya ‘balancing’ atau keseimbangan antara
‘promosi’ dengan perbaikan SDM yang ada internal UII, baik dari mahasiswa
maupun dari pihak universitas sendiri. semoga UII ke depannya semakin lebih
baik di bawah kepemimpinan beliau ataupun rektor terpilih berikutnya. Amin. (Muhammad Qamaruddin)
0 komentar:
Posting Komentar
apa komentar anda tentang bacaan ini?