Senin, 28 Januari 2013

sebuah cerita bersambung (bag 2)


           Anita menghempaskan badannya ke tempat tidurnya. Lelah rasanya setelah 5 jam lamanya berkeliling di mall. si Henny, awalnya semangat sekali mencari bedak yang ditaksirnya tersebut. Tapi setelah mendapatkannya toko yang menjualnya, dia malah tidak jadi membeli. Masalahnya, uangnya tidak sebanding dengan harganya. Mau pinjam juga dengan Anita pun tidak akan dikasih. Makanya! Kalo mau beli sesuatu, disiapkan uangnya betul-betul! Begini deh jadinya! Mulut manyunnya berpetualang di sepanjang perjalanan di mall!

            Pandangan Anita menerawang langit-langit kamarnya.  Dia kembali memikirkan soal surat cinta tadi. Di alihkannya padangannya ke atas meja belajarnya. Di sana tersusun rapi surat cinta yang dikirimkan oleh orang misterius tersebut. Dia bangkit dari tempat tidurnya dan bersegera mengambil tasnya, dibukanya tas tersebut dan diambilnya surat yang baru saja didapatkannya. Dibacanya kembali.
            Pasti aku mengenal orang ini! Katanya meyakinkan dirinya sendiri. Bahkan mungkin sangat dekat! Tambahnya lagi. Sebab, orang ini bisa menyelipkan surat ini tanpa sepengetahuannya. Di dalam tas, di bukunya, pokoknya orang ini akan meletakkan surat tersebut di dekat barang-barang kepunyaan Anita tanpa sepengetahuannya. Kemungkinan besar, dia meletakkan surat tersebut ketika si Anita meninggalkannya di suatu tempat. Dan itu sudah berjalan selama empat bulan! Bagaimana sih caranya?
            Kini Anita beranjak dari tempat tidurnya menuju meja belajarnya. Di baca-bacanya kembali surat puisi yang dikirimkan orang misterius tersebut. Entah mengapa Anita begitu terpana dengan rangkaian kata-kata yang ada di dalamnya. Siapakah orang ini?
            Sebenarnya Anita juga penasaran, gimana sih rasanya pacaran. Kata teman-temannya sih, enak gitu! Enak? Emang makanan! Terus terang, dia belum pernah pacaran. Padahal banyak laki-laki yang suka padanya. Tapi sampai saat ini tidak ada yang berani menyatakan cinta secara terang-terangan. Wajarlah, ayahnya seorang polisi yang taat beridabah, dan tidak ingin anaknya pacaran sebelum kawin. Ayahnya terus menasehatinya agar jangan terjatuh dengan perbuatan nista tersebut. ‘Sekolahmu akan berantakan jika kau pacaran!,’ kata ayahnya kepadanya. Makanya untuk menghindari hal yang tidak diinginkan, ayahnya mewajibkan si Anita untuk memakai jilbab jika keluar rumah. Mau tak mau Anita menuruti kemauan ayahnya. Dia memang tidak berani membantah kemauan ayahnya tersebut.
            Pada awalnya dia merasa agak terganggu dengan kain yang menutupi rambutnya tersebut, tapi dengan bertambahnya umur, dia semakin paham akan agama dan  sekarang dia memakai penutup hijab tersebut dengan senang hati. Walaupun tabiatnya masih tidak islami, tinggal menunggu waktu dari Sang Pencipta untuk membuatnya menjadi muslimah yang kaffah. Insya Allah!
            Diambilnya salah satu kertas yang berada ditumpukan surat puisi di mejanya. Dibacanya pelan-pelan sambil menghayati apa yang ada di dalamnya.

Kubiarkan hatiku dibelai kasih sayangmu
Sunyiku bukanlah ketakutanku
Cintakulah yang berkobar
Yang akan menerobos sukmamu
Akan terus menerobos lorong-lorong kesepianmu
Relakanlah wujud ini menjadi sang penghibur barumu
Tidakkah kau sadar
Keberadaanmu membuatku merasa tidak sia-sia diciptakan
Aku untukmu……bukan untuk yang lain
Terimalah cawan cinta ini! Sambutlah! Sambutlah!




* * *


by: Muhammad Qamaruddin

0 komentar:

Posting Komentar

apa komentar anda tentang bacaan ini?