Minggu, 10 Februari 2013

DEBUT DI DUNIA TEATER


Oleh: Muhammad Qamaruddin


Dunia sastra masih kugeluti sampai sekarang. Selain penikmat, aku juga menjadi penghasil sastra. Memang tidak banyak karya yang lahir dari tanganku. Paling tidak, aku berharap semua itu juga dapat mewarnai sastra Indonesia (mauku.haha!). So, aku sangat mencintai segala sesuatu yang berbau sastra. Aku mencintai syair. Aku mencintai puisi. Aku mencintai novel. Aku mencintai cerpen. aku mencintai pantun. I love sastra! Hatiku jatuh cinta kepadanya! Haha. Owh iya, satu lagi, aku juga mencintai teater, atau sering juga disebut drama.
Percaya tidak percaya, aku dulu sering sekali bermain teater. Meskipun saat ini tidak seaktif dulu, tapi paling tidak aku masih dapat mengingat semua kenangan ketika masih bergelut di dunia drama tersebut. Kali ini izinkan aku bercerita tentang masa-masa manis saat masih menjadi aktor di dunia teater.
Aku pertama kali mengenal dunia teater ketika masih duduk di kelas lima SD (masih imut tuh!). Bersama dengan beberapa temanku di SD, aku mengikuti pelatihan teater yang langsung dibawahi dewan kesenian kota (kalau tidak salah namanya Poskolabastari). Nah, dewan kesenian ini bekerjasama dengan grup musik yang berasal dari Barikin, salah satu nama desa yang ada di kotaku. Nama grup musik tersebut adalah Adingbastari. Uniknya, semua pemain musiknya adalah anak-anak seumuran kami! Haha. Hebat!
Ada beberapa nama sesama pemain teater yang masih kuingat. Yandi, Ema, Indah, Fatia, Nulin, Piyen, Reza, dan lain-lain. Beberapa yang lain sudah agak lupa. Maklum, sudah lama sih (tahun 1999-an). Tentunya mereka sekarang sudah besar dan memiliki jalannya masing-masing. Bahkan dengar-dengar ada yang sudah nikah lho. Terus aku kapan ya? Huhu
Nah, pada debutku di dunia teater, naskah yang aku mainkan berceritakan tentang seorang perempuan –pemeran utama- yang disiksa oleh majikannya, bahkan oleh adiknya sendiri. Nah, aku yang jadi adiknya lho! Aku dapat peran antagonis. Entah monster apa yang ada di mukaku, sehingga pelatih saat itu memilihku memerankan peran penjahat.
Gedung Kesenian Balairung Sari, Taman Budaya Kalsel adalah tempat pertama kali aku tampil. Usut punya usut, ternyata kami sedang mengikuti lomba teater anak-anak se-provinsi Kalimantan Selatan (kok baru tahu belakangan ya? Maklum, anak-anak). Nah, bagi kelompok yang menang akan mewakili Kal-Sel untuk lomba teater anak-anak nasional di TMII. Wuih hebat!.
Tahu tidak, ternyata latihan kami selama satu bulan lebih tidak sia-sia. Kami menang juara satu! Tidak nyangka deh. Tapi itulah kenyataan. Aku teriak kegirangan. Loncat-loncat kesana kemari. Lebih parahnya lagi, suaraku hilang pasca lomba. hampir satu minggu lamanya.
Cerita di TMII pun tidak kalah menariknya. Lomba Teater Anak-Anak tingkat Nasional men! Tidak main-main tuh. Satu hal yang dapat kami banggakan adalah berhasilnya kami menyabet juara tiga! Bukan main bangganya menjadi putera daerah yang dapat mengharumkan nama provinsi.
Semenjak itulah aku aktif di dunia teater. Terhitung beberapa kali aku bermain drama sekitar periode 1999-2001-an. Kegiatan ini pun terhenti saat aku masuk pondok pesantren. Sebenarnya tidak bisa disebut berhenti, karena di pondok pesantren aku pun masih bermain teater. Lho, kok bisa? Ya iya lah bisa. Cuma tidak seaktif dulu.
Seingatku, ada beberapa naskah drama yang lahir dari oret-oretanku. teman-teman di pondok sering memintaku untuk menjadi sutradara. Kadang juga main di dalamnya. Pokoknya aku tidak dapat berpisah dengan dunia teater (sok romantis!).
Ketika masuk di dunia perkuliahan, lagi-lagi aku tidak tahan untuk masuk sanggar (sebutan yang sering dipakai untuk menyebut tempat latihan drama). Waktu di IAIN Antasari Banjarmasin, aku sempat masuk sanggar di fakultas Syariah (aku lupa nama sanggarnya). Setelah itu aku sempat masuk ke sanggar Bahana, salah satu UKM institut. Karena adanya perbedaan perspektif, akhirnya aku tidak jadi masuk sanggar tersebut.
Sepertinya aku terlalu banyak bercerita. Maaf ya. Aku hanya ingin bernostalgia dengan kenanganku. Dunia teater adalah salah satu kenanganku. Meskipun sekarang aku sudah tidak aktif lagi di dunia ini, toh aku masih mencintainya. Lalu, nostalgia apa yang kamu punya di masa hidupmu sekarang?

1 komentar:

  1. kak adain sanggar teater buat pesantren kalau bisa gabung putra sama putri biar kita yang punya minat bisa salurkan kreasi kita

    BalasHapus

apa komentar anda tentang bacaan ini?