oleh: Muhammad Qamaruddin
“Hu hu hu!”
Henny tertawa.
“Terus terus?” Tanya Nana.
“Dia bilang mau melukis si Anita,
tapi masih belum berani bilang sama orangnya. Makanya dia ngikutin si Anita
seharian, katanya sih mau cari-cari waktu untuk minta izin,” jelas Lia.
“Jadi bukan laki-laki itu bukan
orang yang menuliskan puisi cinta itu?” Tanya Henny.
“Ya bukanlah! Lihat si Anita aja
katanya baru satu minggu waktu dia lewat di Kampus ini. Katanya sih, ada aura
sendiri yang hanya dimiliki Anita.makanya dia ingin melukis tuh anak. Eh,
ketika ditanya masalah puisi cinta. Dia bilang tak tahu-menahu tentang itu.
Ya…awalnya sih, kami juga tidak percaya dengan ucapannya. Bisa aja kan dia bohong. Tapi
setelah itu kami baru percaya kalau dia bukan pelakunya. Kami tadi bicara lama
dengan dia. Namanya Anton. Waktu di kedai dia bercerita banyak. Dia
mengemukakan alasan-alasan yang menurut kami cukup masuk akal. Lagian, katanya
juga masuk ke kota
ini baru tiga bulan. Sedang surat
itu sudah mulai diterima Anita sejak tujuh tahun yang lalu. Lagian juga, surat itu kebanyakan kan diselipkan di barang-barangnya Anita.
Ya…kalaupun juga dia minta kawannya yang ada di sini, kayaknya nggak mungkin
deh, teman-teman! Pokoknya terlalu jauh deh kalau dia ditetapkan sebagai
pelaku.” Jelas Lia panjang lebar. Mereka kembali tertawa.”Tapi Anton pun
prihatin dengan kejadian ini. makanya dia juga ingin turut membantu mencari
pelakunya. Katanya sih, dia punya felling yang kuat kalau masalah-masalah yang
seperti ini. biasa! Pelukis amatiran!” tertawa lagi deh.
“Terus si Anita?” Tanya Nana.
“Nggak tahu tuh! Dari tadi dieeeeem
aja…, kayaknya kecewa banget tuh! Laki-laki itu pun tadi bertanya tentang
niatnya mau melukis dia, malah ditolaknya mentah-mentah. Terus ngeloyor aja
nggak tahu kemana. Sebenarnya apa sih mau anak itu?”
“Dia mau banget ketemu sama orang
yang menulis puisi cinta itu tuh, Lia. Kayaknya dia jatuh cinta sama orang
misterius tersebut. Dasar aneh! Belum tahu bentuk orangnya macam apa, sudah
kayak gitu! Apalagi kalau ketemu yang beneran ya! Hantu kali!” Ujar Henny.
mereka kembali ketawa.
“Tapi kasihan juga ya si Anita…,”
Nana mencairkan suasana.”Tidak seharusnya kan kita mentertawakan dia, sedangkan dia
sekarang dalam kesusahan.” Kali ini keadaan sunyi senyap.
“Yah...! mau gimana lagi? Orangnya
juga belum ketemu…,” kata Henny sedih.”Eh, sekarang Anita di mana?” Lanjutnya.
Lia menggelengkan kepalanya. Nana mengangkat pundaknya. Henny menghembuskan
nafas dalam-dalam.” Kita cari yuk!” Ajaknya.
“Kemana?” Tanya Lia.
“Ya kemana-mana lah!”
0 komentar:
Posting Komentar
apa komentar anda tentang bacaan ini?