Oleh: Amir Hamzah
Artinya : Ingatlah
ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya aku hendak
menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa
Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat
kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih
dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman:
"Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui." (Qs. Al-Baqarah
[02] :30)
Sejak dahulu para pakar
telah mencoba meneliti perihal makhluk yang bernama manusia dengan berbagai
teori yang bersumber dari logika. Para Filsuf mengatakan bahwa manusia adalah
makhluk yang cenderung terus menerus mencipta (uncountable creator).
Para ahli ilmu sosial mengatakan bahwa manusia adalah makhluk yang cenderung
berkumpul (zoon politicon) sehingga merasa tersiksa kalau diasingkan
dari pergaulan antar manusia. Sedangkan ahli jiwa mengatakan bahwa manusia itu
adalah makhluk yang yang punya perasaan (felling), makhluk yang berpikir
(thinking), dan berkeingingan (willing). Dan para ahli biologi
mengatakan bahwa manusia itu tersusun dari unsur-unsur hayati.
Menurut Charles Darwin
bahwa manusia itu berasal dari kera (1859) dengan kata lain menegaskan bahwa
manusia itu masih satu rumpun dengan kera. Evolusi yang dialami oleh kera-kera
itu sekian juta tahun mengubahnya menjadi manusia seperti sekarang ini, dengan
segala kelengkapan indrawi. Teori Darwin sampai pada saat ini masih menjadi
perdebatan dan sangat bertentangan dengan kitab al-Qur’an yang menjadi pedoman
umat islam. Dalam al-Qur’an dijelaskan bagaimana manusia diciptakan oleh Allâh
SWT.
Disebutkan dalam al-Qur’an
bahwa manusia itu memiliki banyak nama yaitu : Insân, Ins, Nas, Unas,
Basyar, Banî Adam, dan Zuriat Adam. Allâh menyatakan bahwa Dia
menciptakan manusia dalam bentuk yang teramat sempurna. Sesungguhnya kami telah
menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.
Proses Penciptaan
Manusia
Allâh menciptakan
manusia dari tanah, selanjutnya dari setetes sperma yang “hidup”dan bertemu
dengan indung telur kemudian melakukan pembuahan di dalam perut seorang Ibu,
sehingga jadilah manusia. Al-Qur’an menjelaskan penciptaan manusia dengan
sejelas-jelasnya, “Kami jadikan dia sebagai mani dalam simpanan yang aman
(rahim), lalu kami jadikan mani itu segumpal darah, dari segumpal darah itu
kami jadikan daging, kemudian kami jadikan kerangka tulang dan akhirnya kami
bungkus tulang itu dengan daging. (Qs. Al-mu’minun : 12-14). Proses
penciptaan manusia dalam rahim diawali dengan perjanjian antara ruh dengan Allâh
swt, yang berisi tentang persaksian bahwa Allâh adalah sebagai Rabb.
Seperti dalam Surat Al-Arâf
[07] ayat 172 dijelaskan. “ Dan (ingatlah), ketika tuhanmu mengeluarkan
keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allâh mengambil persaksian
terhadap jiwa mereka (seraya berfirman) : “bukankah aku ini tuhanmu? “mereka
menjawab : “betul (engkau tuhan kami), kami menjadi saksi.” (kami lakukan yang
demikian itu) agar di hari kiamat tidak mengatakan : “sesungguhnya kami (Bani Adam)
adalah orang yang lemah terhadap ini (keesaan tuhan).
Telah jelas bahwa al-Qur’an
sendiri telah menjelaskannya. Akan tetapi bila terdapat beberapa hal yang belum
diketahui oleh manusia, itu berarti ilmu yang dimiliki oleh manusia belum sampai
dengan apa yang ada didalam al-Qur’an, karena sesungguhnya ilmu manusia tak
akan mampu untuk memikirkan ciptaan Allâh swt.
Sebenarnya inilah yang
harus kita akui, tidak semestinya menggugat al-Qur’an dan mengatakan apa-apa
yang ada dalam al-Qur’an tidak rasional. Hati-hatilah dengan perkataan kita
terhadap kalâmullâh karena ilmu kita belum sampai untuk memikirkan
ciptaan-ciptaanya.
Sesungguhnya berbicara
tentang manusia tanpa instrumen iman kepada Allâh, sama artinya membicarakan
sesuatu yang rumit dan cenderung tanpa jawaban yang pasti. Manusia adalah
makhluk yang memiliki “unsur ke-illâhian”, maka tidak mungkin mendalami
manusia tanpa melibatkan sang penciptanya.
Tugas Berat
Allâh menciptakan
manusia dengan beberapa tujuan, selain tujuan untuk beribadah dan menjadi khalîfah
di muka bumi sekaligus untuk menjaga bumi agar selalu konsisten berputar pada porosnya. Selain itu manusia juga
diperintahkan utuk mencari kehidupan yang layak bagi hidupnya di alam semesta
ini.
Tugas manusia sebagai
khalîfah di muka bumi ini tak semudah membalikan tangan karena manusia yang Allâh
karuniai dengan akal pikiran ini, memiliki karakter yang berbeda-beda. Selain
itu, tugas manusia sendiri adalah menjaga alam agar tetap baik dan bukan pula
sebaliknya. Alam bisa memberikan potensi yang baik bagi manusia bila saja
manusia bisa mengolahnya dengan baik dan benar. Tentunya manfaat itu akan dirasakan
oleh manusia itu sendiri.
Bukan menghancurkan dan
memanfaatkannya untuk kepentingan sepihak tanpa memikirkan akibat yang akan
diterima oleh manusia yang lain. Pemanasan global (global warming) ialah
salah satu bentuk keserakahan manusia yang menguras manfaat alam ini tanpa
memperdulikan akibat yang akan terjadi di masa yang akan datang. Kerusakan di
bumi pada abad ini adalah akibat dari kelalaian manusia terhadap tugasnya
sebagai pengemban amanah.
Sebagai contoh adalah
dalam penggunaan bahan bakar fosil (minyak bumi) yang berlebihan akan
menghasilkan emisi gas buang, berupa karbon mono-oksida (co2) yang membuat
lapisan ozon di kutub utara semakin menipis. Akibatnya suhu di belahan kutub
utara naik sebesar 1-3 derajat celcius, es di kutub utara mencair menyebabkan
naiknya permukaan air laut. Terjadi perubahan iklim yang ekstrim, perbedaan
antara musim hujan dan musim panas menjadi tidak jelas, dan lain sebagainya.
Menurut para pemerhati
lingkungan baik individu maupun institusi/kelembagaan, menyimpulkan bahwa hal
ini terjadi akibat kerusakan dan perubahan ekosistem yang luar biasa akibat
perlakuan tidak ramah terhadap sumber-sumber daya alam yang selama ini menjadi
tumpuan pendapatan ekonomi. Penebangan hutan dan pemanenan hasil alam dilakukan
dengan cara yang tidak sehat, bahkan melanggar norma sehingga terjadi kerusakan
lingkungan.
Fakta terjadinya
kerusakan alam saat ini tidak dapat dipungkiri, terutama di Indonesia, kerusakan
yang terjadi akhir-akhir ini terjadi akibat dari kerusakan alam yang sangat
berdampak terhadap kehidupan manusia. Di samping itu, setiap tahun bahwa negara
kita menghasilkan jutaan ton sampah yang tak terkelola dengan baik, ditambah
dengan adanya banjir. Ditambah lagi dengan udara di kota-kota besar telah
tercemar akibat indusri dan buruknya sistem transportasi.
Bila kita telaah lebih
lanjut, permasalahan yang kini dihadapi oleh umat manusia pada umumnya
disebabkan oleh dua hal. Pertama, karena kejadian alam sebagai peristiwa
yang harus terjadi sebagai sebuah proses dinamika alam. Kedua, sebagai
akibat perbuatan manusia itu sendiri. Kedua bentuk kejadian di atas
mengakibatkan ketidaksimbangan pada ekosistem dan ketidaknyamanan kehidupan
makhluk hidup baik manusia, flora maupun fauna.
Jika dibandingkan
dengan yang pertama, jelas kalah. Kerusakan yang terjadi di seluruh belahan
dunia tak lain adalah akibat ulah tangan manusia yang tidak bertanggung jawab.
Kini sebagian penduduk dunia ini sudah menyadarinya dan mengusung jargon “Go
Green”. Langkah ini dipandang mampu untuk mengurangi kerusakan alam yang
telah terjadi. Namun, jumlah orang yang sadar terhadap lingkungan jauh lebih
sedikit dibandingkan dengan orang yang merusaknya.
Epilog
Manusia sebagai pengemban
amanah, penjaga dan khalifah hendaknya memperhatikan apa-apa yang menjadi
tanggung jawabnya di muka bumi ini. Tak selamanya menguras manfaat yang ada di
dalam isi bumi ini, melainkan menjaganya agar terus berputar dengan semestinya,
dan jangan sampai membuatnya “oleng”. Semua ini dikembalikan pada kita (manusia)
sendiri karena manusialah yang diberikan kekuasaan untuk mengurusnya, apalagi
sudah jelas-jelas mengetahuinya.
Kini tak hanya di
Jakarta saja terjadi banjir, tetapi hampir di daerah lain pun ikut-ikutan kena
banjir ketika musim hujan turun. Semua kejadian-kejadian alam ini, pastilah ada
kaitannya dengan manusia. Dalam al-Qur’an Allâh berfirman : “ Telah tampak
kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia,
supaya Allâh merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka,
agar mereka kembali (ke jalan yang benar). (Qs. Ar-Rûm [30] : 41)
Dalam ayat lain Allâh
menjelaskan bahwa manusia tidak merasa bahwa kerusakan itu dilakukan oleh
tangan-tangan mereka sendiri dan mengatakan bahwa mereka itu melakukan
perbaikan. “Artinya : dan bila
dikatakan kepada mereka:"Janganlah kamu membuat kerusakan di muka
bumi[24]". mereka menjawab: "Sesungguhnya Kami orang-orang yang
Mengadakan perbaikan." Ingatlah, Sesungguhnya mereka Itulah orang-orang
yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar. (Qs. Al-Baqarah (02) :
11-12)
Agama harus dipahami
dalam arti yang lebih luas dan dijadikan basis manusia dalam berperilaku
terhadap lingkungannya, sehingga manusia tidak memperlakukan dunia ini
seenaknya saja dan mengambil keuntungan untuk dirinya sendiri, tanpa memikirkan
nasib dunia ini. "Jika
sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan
melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka
mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan
perbuatannya." (QS. Al-A'râf [07]: 96). Jika manusia sadar
betul akan semua tindak dan tanduknya sebagai khalîfah, tentu yang ia lakukan
adalah menjaga dunia seutuhnya. Semua ini akan terwujud bila umat muslim
berlandaskan dengan tuntunan yang di gariskan oleh Allâh dan Rasûlnya.
Amir Hamzah
Santri dan Mahasiswa UII
0 komentar:
Posting Komentar
apa komentar anda tentang bacaan ini?