Oleh: Amir Hamzah
“.......dan
berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim,
orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman
sejawat, Ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri”. (QS. An-Nisa
[04]:36)
Suatu ketika, saat sedang lahapnya menyantap makan siang, tiba-tiba ada pengemis datang menghampiri. Apa yang akan dilakukan? Apakah membiarkan pengemis tersebut menadahkan tangan disertai dengan ‘pekikan’ suara meminta. Ataukah langsung memberi pengemis, tetapi dengan memperhitungkan uang yang akan diberikan. Ataukah langsung memberinya, tanpa perhitungan dengan jumlah uang yang diberikan kepada pengemis tersebut. Dari ketiga opsi di atas, manakah yang menggambarkan diri kita?
Seberapa besar rasa
peduli kita terhadap sesama manusia? Berapa besar manfaatkah diri kita untuk
orang lain? Serta berapa berartinya diri kita bagi orang lain? Dengan analogi
di atas bisa menjadi tolok ukur untuk mengetahui sejauh mana kepedulian,
kemanfaatan dan ke-berartian diri kita terhadap orang lain. Untuk menguji hal
tersebut, yaitu bisa diukur dari hal yang terkecil, misalnya dengan tetangga.
Siapakah yang dimaksud
dengan tetangga? Tetangga adalah orang yang terdekat dalam kehidupan, tidaklah
kita keluar dari rumah melainkan melewati rumah tetangga. Di saat
kita membutuhkan bantuan baik moril maupun materiil, maka tetangga lah
orang pertama yang kita ketuk pintunya. Bahkan di saat kita tertimpa musibah, misalanya
meninggal dunia, bukan kerabat jauh yang diharapkan membantu, tetapi tetangga
lah yang dengan tulus bersegera menyelenggarakan pengurusan jenazahnya.
Seberapa dekatkah kita
dengan tetangga? Kedudukan tetangga di mata Islam sangat tinggi. Bahkan
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam mengaitkan kesempurnaan keimanan
seseorang kepada Allah subhanahu wa ta’ala dan hari akhir dengan sikap
memuliakan tetangga, Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Siapasaja
yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaknya dia memuliakan
tetangganya.” (HR. al-Bukhari no. 6019, dari sahabat Abu Syuraih
radhiyallahu ‘anhu)
Sungguh mulia dan besar
kedudukan tetangga. Allah swt memasukkannya di dalam sepuluh hak yang
harus dipenuhi oleh seorang hamba sebagaimana firman Allah SWT, artinya: “.....
Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapak, karib kerabat, anak-anak
yatim, orang-orang miskin, tetangga dekat, tetangga jauh, teman sejawat, ibnu
sabil, dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
sombong dan membangga-banggakan diri.” (An-Nisa` [04]:36).
Berbagi dengan Tetangga
Dalam keseharian
beraktifitas tentu tidak terlepas dari tetangga. Entah itu untuk bertegur sapa,
ngobrol atau bahkan meminjam barang yang tidak kita miliki, misalnya cangkul
atau lain sebagainya. Dalam hal pinjam meminjam dalam kehidupan bertetangga
merupakan hal yang lumrah, apalagi untuk meminjam barang tersebut dengan tujuan
untuk mengambil manfaat dari barang tersebut.
Bisa dibayangkan
apabila tetangga yang kita kurang dermawan alias pelit. Jika kita perhatikan
hadits nabi yang berbunyi : Dari Abu Zar ra, katanya: “Rasulullah SAW bersabda:
“Hai Abu Zar, jikalau engkau memasak kuah, maka perbanyaklah airnya dan
saling berjanjilah dengan tetangga-tetanggamu – untuk saling beri-memberikan”.
(HR Muslim)
Dari hadits di atas
jelaslah, bahwa adab dalam bertetangga adalah saling memberi. Dermawan serta
tidak perhitungan ketika memberikan pertolongan terhadap tetangga yang
membutuhkan. Mungkin di sekeliling kita terdapat tetangga yang demikian, tetapi
sebagai tetangga yang baik dan mengerti betul akan adab bertetangga tentu tidak
selayaknya untuk membenci apalagi membuat merasa tidak nyaman untuknya,
melainkan terus mengingatkan secara santun dan cara yang baik pula.
Dari hadits di atas,
jelas kita dianjurkan untuk berbagi dengan tetangga, saling memberi makanan dan
lain sebagainya. Selain itu, berbagi makanan dapat menambah akrab serta eratnya
tali silaturahmi antar tetangga. Untuk itu ketika memiliki makanan yang lebih
dianjurkan untuk berbagi dengan tetangga yang lebih dekat pintunya.
Dengan berbagi, itu menandakan
bahwa kita peduli serta menjaga tali silaturahmi dengan tetangga. Rukun dalam
bertetangga itu sangat dianjurkan seperti dalam sebuah syair tanpo waton
(tanpa judul) : Kelawan konco, dulur lan tonggo, Kang padha rukun ojo
ngasiho…. Iku sunnahe rasul kang mulyo nabi Muhammad panutan kito...”.
Memberikan Kenyamanan
Menyakiti tetangga
adalah sebuah kejahatan yang sangat diharamkan dalam Islam. Diriwayatkan oleh
Abu Syuraih, dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, “Demi Allah tidaklah
beriman, demi Allah tidaklah beriman, demi Allah tidaklah beriman. Ditanyakan
kepada beliau, ‘Siapa orang itu wahai Rasulullah? Rasulullah menjawab, ‘Mereka
itu adalah orang-orang yang tetangganya tidak merasa aman dengan gangguannya.”
(HR. Bukhari)
Memberi perlindungan
bagi tetangga yang lain dari sesuatu hal, misalnya saja pencurian, penipuan dan
lain sebagainya adalah anjuran Islam. Sudah jelas bahwa Rasulullah SAW
mengulang kalimatnya sampai tiga kali bagi siapa yang membuat rasa
ketidaknyamanan bagi tetangganya. Untuk itu, ketika kita mengendari mobil,
motor bahkan menyetel musik sebaiknya sekedarnya saja, bisa jadi ada tetangga
yang merasa terganggu dengan suara gaduh tersebut.
Dikisahkan ada seorang
‘abid yang mempunyai tetangga non-muslim. Sang tetangga memiliki kamar mandi di
atas rumahnya, dan bocor. Sehingga air merembes masuk ke dalam rumah
muslim tersebut.
Setiap hari Ia selalu
menadahi air yang berasal dari kamar mandi tetangganya dengan ember. Suatu
ketika seorang ‘abid ini sakit parah, dan tetangga non-muslim pun menjenguknya.
Ketika sang tetangga ini memasuki rumahnya, sang tetangga tahu bahwa air yang
menetes itu berasal dari kamar mandinya. Ia pun bertanya, “air dari manakah
ini”? sang ‘Abid pun mencoba mengalihkan pembicaraannya. Tetapi sang tetangga
terus bertanya, air dari manakah ini yang Anda tampung? Akhirnya Ia
menjawab, “bahwa air itu adalah air rembesan dari kamar mandi Anda”.
Sang tetangga terus
bertanya, “Berapa lama Anda menampungnya”? sudah 18 tahun, jawab sang ‘abid.
Kenapa anda tidak megadukannya padaku? Sang ‘abid menjawab : “Barang siapa
beriman kepada Allaah dan hari akhir, hendaknya memuliakan tetangganya, anda
adalah tetangga saya maka kewajiban saya adalah memuliakan anda“. Betapa
terkejutnya sang tetangga itu, Ia merasa takjub dan akhirnya sang tetangga
non-muslim tersebut masuk Islam.
Penutup
Dalam pergaulan
sehari-hari tentu peran tetangga sangat penting, baik sebagai teman ngobrol,
teman berbagi serta ladang untuk menuai pahala dari Allah SWT. Beruntung jika
memiliki tetangga yang baik, karena tetangga yang baik itu lebih mahal dari
harga rumah atau tanah yang kita tempati, tetangga yang baik tidak ternilai
harganya.
Rasulullah SAW
menganjurkan kita berdoa agar terhindar dari tetangga yang jahat. Karena
memiliki tetangga yang jahat bisa menjadikan rasa tidak aman, bahkan seluruh
kampung tersebut akan terkena dampaknya. Untuk itu maka ketika mencari rumah
baru, yang harus diutamakan adalah mencari tetangga yang terbaik lebih dahulu,
atau dengan kata lain memilih tetangga sebelum memilih rumah.
Menjalani kehidupan
bertetangga dengan baik dan saling menunaikan hak masing-masing merupakan suatu
kebahagiaan dan tanda kebaikan sebuah masyarakat. Rasulullah SAW
bersabda, “Ada empat perkara yang termasuk dari kebahagiaan: istri yang
shalihah, tempat tinggal yang luas, tetangga yang shalih dan tunggangan
(kendaraan) yang nyaman. Dan ada empat perkara yang termasuk dari kesengsaraan;
tetangga yang jelek, istri yang jahat (tidak shalihah), tunggangan yang jelek,
dan tempat tinggal yang sempit.” (HR. Ibnu Hibban, hadits ini dishahihkan
asy-Syaikh Muqbil rahimahullah dalam kitab beliau ash-Shahihul Musnad Mimma
Laysa fish- Shahihain 1/277)
Dalam hadits lain
rasulullah SAW bersabda,“Sebaik-baik sahabat disisi Allah adalah mereka yang
terbaik kepada sahabatnya, dan sebaik-baik tetangga disisi Allah adalah yang
terbaik kepada tetangganya.”(HR. at-Tirmidzi) Marilah kita berbuat baik
terhadap tetangga, serta memberikan hak-hak atasnya. Semoga kita menjadi
golongan orang berada disisi Allah SWT. Amiin..[]
*amir hamzah
Divisi Pendidikan
Lembaga Pengabdian Masyarakat
0 komentar:
Posting Komentar
apa komentar anda tentang bacaan ini?