By: Muhammad Qamaruddin
Apakah kamu pernah
bertanya kepada ayah atau ibumu dengan kalimat seperti ini, “Apakah keluarga
kita sudah menuliskan silsilah keluarga?” Apabila orang tuamu menjawab “belum
punya”, maka sudah saatnyalah sekarang kamu memikirkan hal ini. Atau
jangan-jangan kamu bahkan belum pernah terpikirkan hal tersebut sama sekali?
Suatu ketika Ayahku
memberikan kopian kertas yang berisi banyak sekali nama. Setelah kuamati
sesaat, aku baru sadar bahwa di dalam kertas itu berisi nama-nama keluargaku
dari pihak ayah. Dari sanalah aku mengetahui riwayat silsilahku. Senarai silsilah
keluarga tersebut dimulai dari Datukku yang berasal dari Alabio (Kalimantan
Selatan), Haji Ahmad. Biasa disebut juga Haji Ahmad Alabio. Aku adalah generasi
kelima dari Datuk Haji Ahmad. Dari H. Ahmad lahirlah tujuh orang anak, yaitu H.
Saberan, H. Salman, Siti Rahmah, Dahlan, Siti Masniah, H. Rasyidi, dan Siti
Khadijah. Dari ketujuh orang tersebut, hanya dua yang bermukim di Indonesia
(Banjar), H. Saberan dan Dahlan. Sisanya hijrah ke Malaysia (awal tahun
1900-an).
Aku adalah keturunan
dari H. Saberan. Beliau mempunyai anak sebanyak lima belas orang! Anak
kedelapan dari lima belas orang tersebut adalah kakekku. Dialah H. Darmawi yang
kemudian melahirkan delapan orang anak. Anak keempat adalah Ayahku, H. M.
Saifullah Hadie. Ayahku mempunyai dua orang Istri. Satunya orang Indonesia
(Banjar), yaitu Ibuku, satunya lagi orang Philipina. Dari Istri pertama
memperoleh dua orang anak. Sedangkan dari istri kedua memperoleh empat orang
anak. Jadi aku mempunyai lima orang saudara. Satu (adikku) adalah saudara
kandung, sedangkan yang lainnya adalah saudara se-Ayah. Aku adalah Kakak paling
tua (sulung).
Jadi, apabila mau
diurut, maka silsilahku sampai ke Datuk Haji Ahmad Alabio adalah seperti ini:
Muhammad Qamaruddin bin H. M. Saifullah Hadie bin H. Darmawi bin H. Saberan bin
H. Ahmad. Subhanallah! Alhamdulillah aku masih mengetahui silsilah keluargaku.
Semua itu berasal senarai yang telah diberikan ayahku.
Ada beberapa fakta
yang juga aku temukan dari silsilah ini. Misalnya, aku baru mengetahui bahwa
sebenarnya keluargaku yang tinggal di Malaysia lebih banyak jumlahnya ketimbang
yang tinggal di Indonesia. Fakta ini aku simpulkan dari keturunan Datuk H.
Ahmad Alabio yang berjumlah tujuh orang. Dua orang menetap di Indonesia
(Banjar), sedangkan lima sisanya hijrah ke Malaysia. Tentu saja –menurutku–
keluarga di Malaysia bakal lebih banyak. Meskipun memang belum ada
kepastian tentang hal ini. Padahal keluarga yang dari keturunan H. Saberan saja
sangat banyak di Banjar, apalagi yang dari lima orang di Malaysia. H. Ardani
(almarhum-semoga Allah memberikan tempat yang layak di sisiNya, amin) adalah
salah satu saudara Kakekku. Ia adalah keturunan H. Saberan terakhir yang
meninggal dunia di antara seluruh saudara-saudaranya. Semasa masih hidup, kakek
Ardani pernah bercerita, bahkan satu kampung di Pemurus (salah satu nama daerah
di Banjar) ini mempunyai ikatan keluarga dengan kita. Bayangkan! Dari satu
orang melahirkan banyak orang, dan kemudian membuat satu kampung! Subhanallah!
Lain lagi
cerita dengan keluargaku yang ada di Malaysia. Beruntunglah Ayahku yang saat
ini (masih) tinggal di Brunei berinisiatif untuk mencari (baca: menyambung)
tali silsilah keluarga di Malaysia. Alhamdulillah silsilah keluarga yang sempat
terputus beberapa lama itu kembali tersambung. Ini berawal dari pertemuan
Ayahku dengan Halidi bin Hj. Hanafiah. Beliau adalah keturunan dari Hj. Masniah
(Siti Masniah) binti Haji Ahmad Alabio.
Aku bersyukur
karena saat ini aku dapat mengetahui beberapa keluargaku yang tinggal di
Malaysia (kebanyakan di Selangor). Sekarang pun aku sudah dapat berkomunikasi
dengan beberapa keluarga di sana. Aku sering mendengar Ayahku yang mengingatkan
kepadaku untuk selalu ingat dengan tanah leluhur, dimanapun aku berada. Hal ini
juga berlaku pada keluarga yang sudah berhijrah ke Malaysia. Ayah berpesan
–khususnya pada generasi yang baru di sana– untuk tetap ingat dengan tanah
leluhur yaitu tanah Banjar.
Di sisi yang lain,
aku senang karena silsilah keluarga ini tidak hanya terbatas pada satu negara,
tetapi sudah antar negara. Selain Indonesia dan Malaysia, silsilah keluarga ini
juga menjamah Brunei Darussalam dan Philipina. Ayahku bersama empat orang
adikku (saudara seayah) saat ini tinggal di Brunei. Sedangkan ibu mereka
berasal dari Philipina, tepatnya di Manila. Satu hal yang perlu diketahui
adalah Alex Sorbeto (biasanya dipanggil Pinong atau Ali) mempunyai
kewarganegaraan Philipina. Sehingga kemungkinan besar nantinya ia akan
dipulangkan ke negaranya. Dua adikku setelahnya berkewarganegaraan Indonesia.
Sedangkan adikku yang terakhir berkewarganegaraan Brunei Darussalam. Lengkap
bukan? Keluarga dengan beragam kewarganegaraan. Kelak nanti apabila sudah tiba
saatnya, generasi kamilah yang harus kembali menuliskan (update)
silsilah keluarga. Kamilah nantinya yang akan mempebaharui data-data silsilah
keluarga ini. Apabila sebelumnya hanya Indonesia dan Malaysia, maka sekarang
bertambah lagi menjadi Indonesia, Malaysia, Brunei Darussalam, dan Philipina.
Bahkan aku kira akan bertambah lagi, karena ayahku sempat bercanda untuk
menyuruhku mencari gadis Singapura. ckck
Akhirnya, dari
ceritaku ini yang kusampaikan ini, apakah kamu tergugah untuk membuat tulisan
tentang silsilah keluargamu? Ingat, seorang yang bijak tidak akan pernah
melupakan sejarah, apalagi sejarah keluarganya. Dari sana kamu dapat menyambung
lagi ikatan keluarga yang mungkin sempat terputus. Siapa sangka ternyata kamu
bersaudara dengan orang yang sering kamu temui setiap hari. Atau bisa jadi kamu
berasal dari Banjar, atau mungkin saja bahkan bersaudara denganku. Siapa tahu.
Assalamualaikum Dingsanak, aq keluarga dr banjarmasin : aq muhammad sahal - masrani (ayahku) - h. Mohdar (kakekq)- h. Saberan (datuq)-h. Ahmad alabio (hp. +62 813 4845 1919) emailq : sahalmz148@gmail.com, salam buat keluarga di sana
BalasHapus