Selasa, 26 Maret 2013

4 RANGKING ROHANI MANUSIA


Oleh: Hasan Al-Antor


Rangking atau peringkat, itulah predikat yang disematkan kepada para penempuh jalan terjal perlombaan. Pontang-panting, banting tulang, berjuang mati-matian usaha yang mereka lakukan. Oleh karenanya predikat ini biasa diberikan kepada orang-orang yang berhasil menunjukkan dirinya adalah yang terbaik . Contohnya seperti peringkat kelas atau rangking kelas dan peringkat klasemen (dalam suatu pertandingan) selalu saja diberikan kepada mereka yang dianggap sebagai manusia atau tim terbaik.

Persaingan untuk memperoleh predikat manusia terbaik, ternyata tidak hanya terjadi dalam kehidupan duniawi saja, tapi juga rohani atau orientasi spiritual. Habib ‘Abdullah bin Alawi al-haddad dalam kitabnya al-Hikam menyatakan “hubungan antara manusia dengan Allah memiliki 4 rangkin dan peringkat”.
Rangking pertama,
من تيسرت له مطالبه الأخروية و تعسرت عليه مطالبه الدنيوية و هو من ورثة النبيين
Peringkat ini diraih oleh orang-orang yang bagus ibadahnya namun tidak mudah urusan duniawinya. Orang-orang seperti ini memiliki kerohanian yang sangat bagus. Mereka dapat beribadah kepada Allah dengan sangat baik, merasakan kenikmatan yang luar biasa dari ibadahnya, namun urusan dunianya dibuat seret oleh Allah swt. Kebutuhan sehari-hari tak tentu terpenuhi, tak selalu bisa makan setiap hari walaupun cuma sekali. Sebagai contoh, Nabi Muhammad saw sebagai manusia paling mulia, pemilik tahta kerajaan rohani, kerap kali melaksanakan puasa selama beberapa hari secara berturut-turut, bukan karena apa dan mengapa, hanya karena tak ada yang bisa dimakan di pagi harinya.
Tidak mudah memang untuk bisa menduduki posisi ini. Seluruh kehidupan ini mesti dicurahkan untuk berusaha dan mengerahkan seluruh kemampuan agar dapat menjadi orang tebaik rohaninya. Mereka memiliki peringkat tertinggi disisi Allah swt. Tidak tanggung-tanggung, golongan ini digadang-gadang sebagai pewaris para Nabi.
Apabila pembaca memiliki keagamaan yang bagus, dapat beribadah dengan baik dan rajin, memiliki keyakinan yang sangat kuat terhadap Allah swt namun seolah-olah tidak memiliki keberuntungan dalam urusan duniawinya, maka bersabarlah dan kalau mampu pertahankan keadaan tersebut. Mudah-mudahan pembaca merupakan salah satu pewaris para nabi.
Rangking kedua, adalah orang-orang yang bagus ibadahnya dan mudah urusan dunianya.
من تيسرت له مطالبه الدنيوية و الأخروية و هو من أصحاب اليمين
Golongan ini memiliki keagamaan yang sangat baik. Mereka beribadah dengan tekun, salat dilaksanakan dengan penuh kenikmatan, puasa, zakat dan haji tidak ditinggalkan, mereka tidak mau menyentuh larangan-larangan Allah swt dan juga urusan-urusan dunianya dipermudah oleh Allah. Mereka inilah yang disebut dengan golongan orang-orang yang beruntung. Bagaimana tidak beruntung, rohaninya baik berkualitas, rejeki duniawinya dipenuhi oleh Allah swt sehingga tidak kekurangan. Sungguh keberuntungan yang tidak biasa.
Peringkat inilah yang diincar oleh kebanyakan manusia. Ingin memiliki hubungan yang baik dengan Allah dalam perekonomian dan kesejahteraan yang mapan. Boleh-boleh saja mengincar nasib golongan ini, toh memang tidak dilarang oleh Allah, hanya saja peringkatnya nomor dua. Mereka tidak begitu jauh dari Allah sebagaimana mereka tidak terlalu dekat. Ingatlah, bahwa dunia ini kerapkali melupakan orang-orang kedua dalam banyak hal.
Bagi siapa saja yang mengincar peringkat ini harus berusaha semaksimal mungkin. Bukan karena dianggap sebagai golongan  orang-orang yang beruntung lantas tidak berusaha sama sekali dan berpangku tangan. Menganggap rejeki bisa turun sendiri dari langit tanpa harus diupayakan. Golongan ini tetap harus berusaha, berusaha untuk bisa beribadah secara baik dan berusaha untuk mendapatkan  rizki yang halal.
Dua golongan dan peringkat selanjutnya adalah golongan yang tidak begitu baik nasib akhiratnya. Mudah-mudahan kita semua tidak termasuk kedalamnya.
Rangking ketiga,
من تيسرت له مطالبه الدنيوية و تعسرت عليه مطالبه الأخروية و هو من المستدرجين
Adalah orang-orang yang rohaninya tidak baik dan memiliki kehidupan duniawi yang sejahtera. Orang-orang seperti ini telah diberi kecukupan dalam menjalani kehidupan di dunia ini, namun tak juga mau menyembah dan beribadah kepada Allah swt. Mereka beribadah dengan malas-malasan, rohaninya seret dan kering, hubunganya dengan Allah tidak begitu baik meski kebutuhan hidupnya terpenuhi.
Golongan ini kerap kali membuat orang yang melihatnya tertipu. Mereka terlihat seolah menjadi orang yang mulia dan terpandang. Mereka dihormati banyak orang. Dielu-elukan sebagai orang sukses dan baik. Apa yang mereka inginkan terpenuhi, memiliki apa yang tidak dimiliki oleh orang lain. Namun sejatinya mereka adalah orang-orang yang akan celaka di akhirat nanti. Mereka tertipu oleh kekayaan mereka sendiri. Menganggap dirinya adalah orang yang beruntung namun akan terkejut ketika pada waktunya Allah memberikan adzab atas kelalaian mereka semasa hidup didunia. Kenikmatan yang mereka dapatkan sejatinya adalah jalan yang semakin mendekatkan diri mereka ke lubang neraka. Firman Allah:
إنما نملي لهم ليزدادو إثما
“Sengaja” kami penuhi kebutuhan mereka agar bertambah dosa-dosa mereka.

Wajar saja jikalau dulu Fir’aun mengaku-ngaku dirinya sebagai tuhan. Selama 40 tahun, Fir’aun tidak pernah mengalami atau menderita sakit, yang paling ringan sekalipun. Selama itu pula apa yang ia inginkan dipenuhi oleh Allah swt. Lebih hebat lagi, banyak hal yang Fir’aun inginkan atau katakana menjadi kenyataan. Dalam keadaan seperti ini, sangat wajar jikalau seseorang menjadi lalai dan mengaku sebagai orang hebat lalu meniadakan peran Tuhan dibalik kebercukupannya. Seyogyanya kita berhati-hati dari keadaan golongan ini. Suatu keadaan yang menjebak mereka yang berada padanya.
Rangking keempat, golongan ini adalah golongan yang paling apes dan buruk. Bagaimana tidak, habib Abdullah menjelaskan, golongan ini adalah mereka hidup dengan susah payah, penuh kesengsaraan di dunia namun tak juga mau menyembah Allah swt.
من تعسرت عليه مطالبه الدنيوية والأخروية  و هو من المنقوصين
Sudah jatuh ketimpah tangga, peribahasa yang sangat cocok dengan golongan ini. Tidak beruntung hidup di dunia dan celaka ketika berada di akhirat. Jikalau golongan ketiga, meski mereka akan celaka di akhirat, namun mereka masih bisa merasakan kenikmatan didunia dengan kecukupannya. Kemana-mana dengan mobil mewah, rumah megah, dan harta yang berlimpah. Namun golongan ini, akhiratnya celaka, dunia sengsara. Jangankan untuk bermegah-megah, kebutuhan sehari-hari saja tidak tentu terpenuhi. Mudah-mudahan kita benar-benar terhindar dari golongan ketiga dan keempat ini.
Bagi kita semua, ketika mendapatkan kesulitan hidup di dunia ini, seyogyanya tidak membuat kita meninggalkan Allah. Keadaan susah di duni ini sejatinya adalah peluang besar untuk bisa masuk menjadi golongan orang-orang pada peringkat pertama sebagaimana tersebut di atas. Hanya tinggal mengasah kerohaniannya saja.

Epilog
Kehidupan ini memang tidak mungkin disamakan. Nasib berbeda-beda. Ada yang miskin ada yang kaya. Ada yang tekun beribadah, ada yang sedang dan ada juga yang malas. Ada yang terpandang ada yang malang. Semua menjadi satu-kesatuan unsur kehidupan yang tidak mungkin kita tiadakan. Suatu keharusan pluralisme kehidupan dari adanya dunia ini. Jikalau salah satu saja dari golongan ini tidak ada, maka tidak lengkap rasanya dunia ini, dan hal tersebut bisa juga berarti tidak adanya dunia ini.
Dengan demikian, jikalau baik dan buruk adalah pilihan, sementara takdir tuhan tidak juga dapat kita pastikan, maka apalah yang lebih layak untuk kita lakukan kecuali memilih jalan yang baik dan menganggapnya sebagai takdir yang ditentukan oleh Allah. Insya Allah Tuhan tidak akan murka kepada kita. Mudah-mudahan Allah merestui kita semua. Amin.


Hasan Al Antor
Santri Pondok Pesantren UII

0 komentar:

Posting Komentar

apa komentar anda tentang bacaan ini?