Oleh: Muhammad Qamaruddin
“Aduh! Maaf ya! Ike jadi nggak enak
nih sama you! Nggak dimarahi kan
sama bokap nyokap?” Kata Henny sambil mengeluarkan mobilnya dari halaman
rumahnya ke arah jalan.
“Nggak apa-apa kok, Hen. Tadi bokap sudah
gue telepon
kalau malam ini gue akan telat balik rumah.”
“Aduh! Mana hujan lagi!” cemas
Henny.” Jam berapa sih? Kok jalan sudah sepi!” Tanyanya pada Anita.
“Jam dua belas lewat lima belas menit…,” jawab
Anita seraya melirik jam yang ada di HP-nya. “Udahlah! Nggak usah cemas! Jalan
saja! Kita kan
tadi juga harus nganter si Lia sama si Nana ke rumahnya, ya jelaslah sudah jam
segini!”
“Ike nggak enak nih….”
“Emang! lu nggak enak…..kalo
dimakan!” Anita tertawa kecil. Henny cemberut.”Kan gue juga tadi yang minta di anter
terakhir. Jadi nggak ada masalah deh. Ok friend!”
“Nanti ike lagi yang dimarahi sama
ortu lu! Ike kan
takut!”
“Lu ini! mau nganterin gue atau
nggak sih?” Henny mengangguk lemah.” Ya udah! Jalan!” Kali ini Henny bersuara
lagi. Berkonsentrasi dengan mobilnya. Mulutnya monyong. “Tu mulut monyongnya
cantik deh!” Goda Anita.
“Ih! Kamu nih! Bisa aja!” Balas
Henny sambil lengan mencubit Anita.
Henny, Anita, Lia, dan Nana baru
saja berkeliling mengunjungi beberapa dosen mereka. Idenya Henny. katanya sih
mau cari muka! Biar dapat nilai tinggi! Alah! Emang muka lu di mana sih, Hen?
Karena jalanan kosong, hanya
beberapa mobil yang lalu lalang, Henny membawa mobilnya dengan kecepatan
tinggi.
“Santai aja dong, Hen! Kayak dikejar
setan aja!” Tukas Anita.
“Lu setannya kali! Ike yang takut
nih! Nanti kalo ike anter lu! Ike balik sendiri jadinya!”
“Hati-hati lho! Orang model macam lu
nih, banyak hantu yang ngiler,” ujar Anita dengan suara yang diberat-beratkan.
“Anitaaaa!” Henny berteriak sambil
mempelototi Anita. Yang dipelototi malah ketawa.
“Maaf maaf! Gue becanda kok! Apa mau
nginep di rumah gue aja?”
“Nggak ah! Nanti……,” Henny tidak
meneruskan apa yang ingin diucapkannya.
“Nanti apa?” Anita penasaran.
“Nanti Kakakmu apa-apain ike lagi!”
Kata Henny sambil tersenyum nakal.
“Huuuuuhhhh!” Balas Anita.
Mereka pun melanjutkan perjalanan.
Henny masih tetap membawa mobil dengan kecepatan tinggi.
“Pelanin dong, Hen! Gue takut nih!”
“Tenang! Ike driver handal! Nggak
akan terjadi apa-apa! Supaya cepat sampai, Nit!”
“Tapi ini terlalu cepat, Hen!”
“Ih! Si Anita bisa takut juga ya?”
“Ya iya lah! Gue kan perempuan!”
Henny tertawa dengan tawa khasnya.
Ketika sampai di persimpangan jalan, Henny membanting stirnya dengan cepat. Dia
tidak menyadari ada sebuah truk besar yang juga melaju dengan kecepatan tinggi
dari arah berlawanan. Malang
tak dapat ditolak! Bantingan stirnya malah membawa mobilnya ke tengah jalan
mendekati jalur truk tersebut. dan…….
Hujan semakin deras turun di muka
bumi.
* * *
0 komentar:
Posting Komentar
apa komentar anda tentang bacaan ini?