Rabu, 13 Maret 2013

Sebuah Cerita Bersambung (bag 8)


Oleh: Muhammad Qamaruddin
 
          “Aduh! Maaf ya! Ike jadi nggak enak nih sama you! Nggak dimarahi kan sama bokap nyokap?” Kata Henny sambil mengeluarkan mobilnya dari halaman rumahnya ke arah jalan.
            “Nggak apa-apa kok, Hen. Tadi bokap sudah gue telepon kalau malam ini gue akan telat balik rumah.”

            “Aduh! Mana hujan lagi!” cemas Henny.” Jam berapa sih? Kok jalan sudah sepi!” Tanyanya pada Anita.
            “Jam dua belas lewat lima belas menit…,” jawab Anita seraya melirik jam yang ada di HP-nya. “Udahlah! Nggak usah cemas! Jalan saja! Kita kan tadi juga harus nganter si Lia sama si Nana ke rumahnya, ya jelaslah sudah jam segini!”
            “Ike nggak enak nih….”
            “Emang! lu nggak enak…..kalo dimakan!” Anita tertawa kecil. Henny cemberut.”Kan gue juga tadi yang minta di anter terakhir. Jadi nggak ada masalah deh. Ok friend!”
            “Nanti ike lagi yang dimarahi sama ortu lu! Ike kan takut!”
            “Lu ini! mau nganterin gue atau nggak sih?” Henny mengangguk lemah.” Ya udah! Jalan!” Kali ini Henny bersuara lagi. Berkonsentrasi dengan mobilnya. Mulutnya monyong. “Tu mulut monyongnya cantik deh!” Goda Anita.
            “Ih! Kamu nih! Bisa aja!” Balas Henny sambil lengan mencubit Anita.
            Henny, Anita, Lia, dan Nana baru saja berkeliling mengunjungi beberapa dosen mereka. Idenya Henny. katanya sih mau cari muka! Biar dapat nilai tinggi! Alah! Emang muka lu di mana sih, Hen?
            Karena jalanan kosong, hanya beberapa mobil yang lalu lalang, Henny membawa mobilnya dengan kecepatan tinggi.
            “Santai aja dong, Hen! Kayak dikejar setan aja!” Tukas Anita.
            “Lu setannya kali! Ike yang takut nih! Nanti kalo ike anter lu! Ike balik sendiri jadinya!”
            “Hati-hati lho! Orang model macam lu nih, banyak hantu yang ngiler,” ujar Anita dengan suara yang diberat-beratkan.
            “Anitaaaa!” Henny berteriak sambil mempelototi Anita. Yang dipelototi malah ketawa.
            “Maaf maaf! Gue becanda kok! Apa mau nginep di rumah gue aja?”
            “Nggak ah! Nanti……,” Henny tidak meneruskan apa yang ingin diucapkannya.
            “Nanti apa?” Anita penasaran.
            “Nanti Kakakmu apa-apain ike lagi!” Kata Henny sambil tersenyum nakal.
            “Huuuuuhhhh!” Balas Anita.
            Mereka pun melanjutkan perjalanan. Henny masih tetap membawa mobil dengan kecepatan tinggi.
            “Pelanin dong, Hen! Gue takut nih!”
            “Tenang! Ike driver handal! Nggak akan terjadi apa-apa! Supaya cepat sampai, Nit!”
            “Tapi ini terlalu cepat, Hen!”
            “Ih! Si Anita bisa takut juga ya?”
            “Ya iya lah! Gue kan perempuan!”
            Henny tertawa dengan tawa khasnya. Ketika sampai di persimpangan jalan, Henny membanting stirnya dengan cepat. Dia tidak menyadari ada sebuah truk besar yang juga melaju dengan kecepatan tinggi dari arah berlawanan. Malang tak dapat ditolak! Bantingan stirnya malah membawa mobilnya ke tengah jalan mendekati jalur truk tersebut. dan…….
            Hujan semakin deras turun di muka bumi.

 * * *

0 komentar:

Posting Komentar

apa komentar anda tentang bacaan ini?