Minggu, 16 Juni 2013

“ACTION BEYOND YOUR HABITS”



Oleh: Yevi Yusnanda


“Dalam sebuah penelitian disampaikan bahwa pemain basket yang memiliki akurasi 85% telah melakukan lebih dari 500.000 kali lemparan sepanjang karirnya.”
 (Felix Y.Siauw)

Suatu sore, seorang sahabat saya bernama Arsyad Haikal sedikit bercerita tentang buku barunya yang berjudul “How to master your habits?”. Saat melihat sampul depannya saya langsung tertarik untuk membaca. Padahal judul bukunya terkesan biasa saja bagi saya yang juga hobi mengoleksi buku bacaan islami. Namun saat saya menilik sekilas profil penulisnya yang ternyata dia adalah seorang mualaf,  saya pun bertekad untuk menamatkan buku setebal 169 halaman itu dalam dua hari. Singkat cerita dua minggu waktu berlalu, namun amat disayangkan buku itu baru setengahnya selesai saya baca. Padahal niat awal saya harus menamatkan buku itu dalam dua hari, namun kenyataanya sedikit kurang manis terasa.


Tapi sedikitpun saya tidak merasa kecewa dan putus asa pada diri saya yang begitu lalai dan lengah. Saya mendapatkan pelajaran lebih dari apa yang saya harapakan dari buku itu. Inti dari buku terbitan ‘Khilafahpress’ itu hanya dua, yaitu untuk membentuk suatu kebiasaan (habits) kita harus berani untuk  “praktek” atau bahasa inggrisnya lebih dikenal dengan istilah practice. Kemudian poin yang kedua yaitu bagaimana kita mampu untuk mengulang-ulang (repetition), apa yang sudah kita lakukan itu. Ringkas isi dari buku itu hanyalah bagaimana kita mampu membiasakan sesuatu yang baik hingga terbentuk sebuah kebiasaan dan karakter dalam diri kita.

Habits merupakan segala sesuatu yang kita lakukan secara otomatis tanpa perencanaan, bahkan kita mampu melakukannya tanpa berpikir terlebih dahulu. Di samping itu habit juga hasil daripada pengulangan suatu aktivitas dalam jangka waktu tertentu. Hal yang paling penting dalam habit adalah berani untuk memulai (Baca: praktek) dan berani bertahan untuk melakukan repetisi (Baca: pengulangan). Suatu kebiasaan merupakan hasil dari pada pengulangan. Semakin kita sering mengulang-ulang sesuatu maka semakin terbiasa dan ahli dengan sesuatu itu. Kebiasaan akan membentuk suatu pola pikir yang akan membentuk karakter kepribadian kita. Pernahkah kita berpikir mengapa anak yang berumur 5 tahun di Inggris mampu berbicara dengan bahasa inggris lebih fasih daripada dosen berusia 50 tahun di Indonesia? Pernahkah kita bertanya kenapa bintang film kungfu yang memiliki gerakan begitu cepat? Pernahkah kita meneliti kenapa setiap negara memiliki hantu favorit masing-masing? Orang barat takut pada drakula, orang Indonesia takut pada pocong dan kuntilanak, orang Cina takut pada vampire. Semua itu merupakan hasil buah daripada kebiasaan yang selalu diulang-ulang. Apakah kita ingat sewaktu kita masih kecil sang ibunda menakuti kita dengan kata-kata, “Hati-hati ya kalau pulangnya telat, abis maghrib bapak-bapak setan pada keluar mencari anak-anak”, “Ayo buruan tidur kalau nggak nanti diambil sama hantu ronda malam”, akhirnya dari kebiasaan itu maka terbentuklah phobia setan pada diri kita hingga sampai saat ini. Apapun pekerjaan kita jika dilakukan secara terus menerus dan diulang-ulang maka pekerjaan itu akan merasa suatu hal yang mudah dan melekat dalam kepribadian kita.
Memang untuk memulai sesuatu yang baru itu terasa tidak gampang. Butuh kerja keras dan kesabaran penuh. Habit itu ibarat jalan setapak. Pernahkah kita bertanya kenapa jalan setapak itu tidak ditumbuhi rumput? Iya benar sekali, karena jalan itu selalu dilewati dan dilintasi. Namun pernahkah kita menyadari kalau jalan setapak itu juga awalnya dari hutan yang lebat? Hanya karena ada orang pertama yang membabat, mencakul dan menyusun batu diatasnya hingga terbentuklah jalan kecil itu. Awalnya memang terasa sulit dan memberatkan. Namun karena terus dibiasakan akhirnya terasa mudah begitu saja.

Karena itu pula nabi kita Muhammad SAW berpesan kepada kita semua bahwa amal yang disukai oleh Allah bukan hanya dari segi banyaknya saja. Tapi juga suatu amalan yang dilakukan dengan terus menerus dan konsisten. “Sesungguhnya amalan yang paling disukai oleh Allah yaitu yang dikerjakan secara terus-menerus (HR. Bukhari Muslim).

Suatu hari saya pernah bertanya kepada pengasuh pondok pesantren UII. Sambil malu-malu saya langsung ke poin pertanyaan yang ingin saya tanyakan “Ustadz gimana ya caranya supaya kita bisa konsisten shalat berjamaah?” kemudian ustadz itu menjawab dengan singkat “Ya jamaah saja tiap hari”, saya pun bingung dengan jawaban sang ustaz, “Iya itu dia yang saya tanyakan ustadz, caranya bagaimana ya?”, “Iya jamaah saja tiap hari” ujar ustadz itu tersenyum lebar.

Sedikit banyak dari kita menyangka kalau shalat berjamaah itu merupakan masalah motivasi atau rasio, namun kalau kita mau berpikir justru shalat berjamaah itu berawal dari habit atau kebiasaan. Jadi kalau kita tidak pernah membiasakan maka kita tidak akan pernah merasakan indahnya shalat berjamaah. Kuncinya hanya terletak pada kemauan dan kebiasaan. Walaupun berawal dari keterpaksaan, asalkan selalu dibiasakan maka suatu keindahan itu akan menjadi benar-benar indah.

Perjalanan untuk membentuk habit tidaklah mudah. Banyak rintangan yang harus dilalui. Jalan habit Jarang sekali dihiasi oleh kelapangan dan kemudahan. Sebagimana saat kita ingin melakukan kebaikan yang selalu dipenuhi oleh godaan syetan yang tak diundang. Dalam buku karangan Felix Y. Siauw tersebut juga dituliskan tentang jenis-jenis godaan syetan, yang diambil dari buku dasar-dasar godaan syetan bagi pemula, yang dituliskan oleh syaithani Rajiim, yang dijadikan sebagai buku saku wajib bagi syaithan yang mulai memasuki perguruan tinggi.

Tehnik pertama yang paling digemari syaithan yaitu dengan menggunakan kata “Mendingan”, contohnya, “sudahlah sob berhenti saja jamaahnya, MENDINGAN kamu nggak jamaah sekali daripada orang lain yang sama sekali tidak shalat”. Kemudian Tehnik yang kedua, syaithan sangat mahir dalam menggunakan frase “yang lain juga begitu kok”, contohnya “ah nggak papa aku merokok, YANG LAIN JUGA BEGITU KOK, kiayi aku aja perokok berat”. Nah kemudian tehnik syaithan yang ketiga tidak kalah bernas dengan pertama dan kedua. Tehnik ini juga sangat berbahaya jika dibiarkan hidup begitu saja. Ternyata sejak dilahirkan syaithan telah menggenal frase “Sekali iniii aja”. Contoh kasus “wah selama ini aku sudah sering shalat berjamaah, teman-temanku juga tau kalau aku orang paling abid di pondok, tapi sore ini aku capek banget habis pulang kuliah, lagian kuliah hari ini full lagi, SEKALI INIII AJA aku nggak berjamaah kan nggak ada masalah toh”.

Begitulah tehnik-tehnik syaithan yang membuat kita tersenyum-senyum sendiri karena mengakui kebenarannya. Toh sepertinya selama ini kita selalu dikalahkan oleh syaithan yang menjadi musuh buyutan kita. Kenapa kita bisa kalah dengan syaithan? Jawabannya singkat saja, karena syaithan itu tidak nampak. Bayangkan coba kalau syaithan itu nampak, apa jadinya?. Wah nggak kebayang apa jadinya. Kenyataan memang begitu adanya. Selama ini kita sering dikalahkan oleh syaithan, mulai dari pemikiran hingga perbuatan kita terjerembab ke arah yang salah. Bila kita ingin berubah dan membentuk habit, maka kita harus mendirikan papan “warning!” untuk mengetahui tanda syaithanzone. Kita harus meningkatkan kewaspadaan kita terhadap tehnik-tehnik syaithan yang jelas-jelas tidak terlihat. Keras pada diri sendiri itu merupakan hal yang paling penting untuk menciptakan habit dalam diri kita. Terus melakukan disiplin dan sedikit memaksakan diri untuk tidak terlalu lengah dengan kemalasan dan alasan yang itu merupakan jelas tehnik syaithan.

Setidaknya dari tulisan ini kita telah mengetahui sedikit tehnik ampuh godaan syaitan. Dimulai dari frase “mendingan” yang memaksakan kita untuk membandingkan keadaan kita dengan orang lain yang tentunya lebih buruk dari kita. Kemudian frase “yang lain juga begitu”, frase ini membuat kita merasa tidak pantas untuk disalahkan, padahal kita menyadari perbuatan itu dibawah standar kebaikan yang diharapkan. Kemudian frase yang ketiga “sekali iniii aja” yang juga sangat berbahaya bagi kita yang telah mampu membentuk sebuah habit yang baik.

Itu semua berpulang kepada kita. Apakah kita mampu atau tidak. Ada yang mengatakan mampu karena dia memang benar-benar ingin membentuk sebuah habit yang baik. Ada yang mengatakan tidak karena memang dia belum memiliki niat dan tekad yang kuat untuk berubah menjadi lebih baik. Toh kita sadar semua orang memiliki keterbatasan dan problema hidup masing-masing. Semua kita bisa saja mencari alasan dalam bentuk apapun itu. Kita bisa saja mencari alasan untuk menjawab pertanyaan kenapa kita gagal. Kitapun bisa merangkai  kata yang indah untuk menjelasakan alasan kenapa kita berhasil. Semua itu adalah pilihan kita. Kita bisa merangkai berjuta kata untuk membuat alasan di dunia, namun ketahuilah alasan itu tidak akan pernah dianggap dan hanya angin bualan belaka di akhirat nanti.

Semoga dengan tulisan ini ita dapat memotivasi diri untuk terus melangkah dalam kebajikan. Sebelum tulisan ini berujung, penulis ingin menyisipkan sebuah firman Allah SWT “Pada hari itu diberitahukan kepada manusia apa yang telah dikerjakannya dan apa yang dilalaikannya. Bahkan manusia itu menjadi saksi atas dirinya sendiri, meskipun dia mengemukakan alasan-alasannya.(QS Al-Qiyamah[75]:13-15).

Yevi Yusnanda
Mahasiswa Manajemen UII
Santri PP UII

0 komentar:

Posting Komentar

apa komentar anda tentang bacaan ini?