Oleh: Muhammad Qamaruddin
Reporter: Suharyanto, Alif Maelani
Akhir-akhir
ini, sarana dan prasarana FIAI, khususnya di ruang perkuliahan menuai keluhan
dari para mahasiswa. Sebenarnya masalah apa yang ada pada sarana dan prasarana
FIAI? Bagaimana tanggapan pihak fakultas mengenai hal ini?
Sarana adalah segala
sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat dalam mencapai maksud atau tujuan.
Sarana tersebut dapat berupa alat atau media. Sedangkan prasarana merupakan segala
sesuatu yang merupakan penunjang utama terselenggaranya suatu proses. Hal ini
dapat berupa usaha, pembangunan, proyek, dan lain sebagainya.
Terdapat
beberapa sarana dan prasarana di dalam ruang perkuliahan. Misalnya saja papan
tulis, LCD, microfon (sound system), kursi, dan beberapa alat
lainnya. Semuanya itu menjadi alat pendukung dalam proses belajar mengajar.
Ruang (perkuliahan) itu sendiri pun mempunyai standar yang harus dipenuhi untuk
mendapatkan rasa nyaman dalam belajar.
Sayangnya,
belakangan ini para mahasiswa banyak yang mengeluhkan hal tersebut. Beberapa
mahasiswa FIAI menyampaikan uneg-uneg mereka terkait sarana dan
prasarana ruang perkuliahan. “Sarana dan prasarana dalam sebuah ruang
perkuliahan seharusnya dapat memberikan kenyamanan, sehingga proses belajar
mengajar menjadi kondusif,” tanggap Rohman, mahasiswa Ekonomi Islam 2010 dalam
suatu kesempatan. Dari beberapa wawancara dengan beberapa mahasiswa, ada dua
hal yang sering sekali disinggung, yaitu LCD (proyektor) dan ruang
perkuliahan.
Pertama dari LCD. Hampir seluruh proses
belajar dan mengajar di ruang perkuliahan selalu menggunakan alat ini. Ironisnya,
salah satu fasilitas ini masih saja menjadi permasalahan di kalangan warga
FIAI. Rusaknya beberapa LCD di ruang perkuliahan FIAI tidak lagi menjadi
rahasia umum bagi mahasiswa FIAI. Hampir seluruh mahasiswa telah mengetahui hal
tersebut. ‘LCD bersemut’ adalah salah satu jargon yang sangat familiar
dari para mahasiswa.
Lain halnya mengenai ruang perkuliahan
FIAI. Setidaknya ada tujuh ruang perkuliahan yang dimiliki oleh FIAI. Dari
ketujuh ruangan ini, tiga di antaranya merupakan ruangan kecil yang berada di
sudut-sudut gedung. Anehnya seluruh ruangan perkuliahan tersebut berada di
Fakultas Teknik Industri (FTI) di Gedung Mas Mansur, bukan di FIAI sendiri.
Terkait kapasitas ruang perkuliahan,
para mahasiswa mengeluhkan tiga ruang perkuliahan dengan kapasitas kecil. Hal
ini disebabkan ada beberapa mata kuliah dengan jumlah mahasiswa yang banyak
ditempatkan di ruangan tersebut. Dengan keadaan seperti itu, mereka merasa
bahwa proses belajar dan mengajar menjadi sangat tidak kondusif. Ruangan tersebut
terlalu sempit dengan jumlah mahasiswa yang banyak.
Para mahasiswa juga menyinggung empat
ruang perkulihan lainnya. Mereka mengeluhkan sarana kipas angin yang hanya
berjumlah satu buah. “Untuk kapasitas ruang sebesar itu, seharusnya memasang
lebih dari satu kipas angin,” tutur Fathir, Mahasiswa Hukum Islam 2010. Selain
itu, pernah salah satu dosen menyampaikan rasa tidak nyamannya mengajar di
kelas tersebut. Hal ini dikarenakan kurangnya minim sarana pendingin kipas
angin (baca: kipas angin).
Selain itu, terhitung mulai dari awal
semester empat ini, ada beberapa mata kuliah yang mendapat jatah kelas di
Gedung K.H. Wahid Hasyim FIAI. Tepatnya berada di ruang kelas di samping kantor
PKBHI. Padahal apabila dilihat dari segi kualitas ruangan itu sendiri
sepertinya masih sangat jauh dari kenyamanan.
Ruangannya kecil dan pengap.
Salah satu alasan mengapa ruangan kelas
di Gedung K.H. Wahid Hasyim tersebut difungsikan, adalah mempertimbangkan
kondisi fisik beberapa Dosen FIAI. Beberapa dosen memang sengaja diletakkan di
ruangan yang ada gedung tersebut, mengingat ruang perkuliahan FIAI berada jauh
di FTI.
Ada juga yang beralasan karena adanya bentrokan
jadwal kuliah antara kelas yang satu dengan lainnya. Mengingat bertambah
banyaknya mahasiswa FIAI itu sendiri. Oleh karena itu, FIAI memerlukan lokasi
baru untuk menampung seluruh mahasiswa FIAI.
Rohman –sapaan
akrab Nurrohman– menambahkan bahwa apabila dibandingkan dengan fakultas lain,
fasilitas ruang perkuliahan FIAI masih banyak yang kurang. Mulai dari proyektor
yang sering error, sampai pada mic yang
kadang sering tidak bunyi. Selain itu meskipun sama-sama kuliah di FTI, tapi
ruang kuliah FTI sudah mempunyai komputer masing-masing. Sehingga para dosen
pun tidak perlu repot-repot membawa laptop.
Ia juga menyinggung
masalah staf pengajaran yang kadang tidak bisa menghidupkan LCD ketika rusak.
Ia berpendapat seharusnya ada salah satu yang mahir dalam masalah itu. “Atau
kalau ngga, mereka belajar teknisi masalah proyektor aja, jadi kalo ada
masalah langsung bisa diperbaiki,” ungkapnya. Ia juga menyarankan adanya
tindakan cepat dari staf pengajaran untuk bisa mengecek terlebih dahulu ruangan
perkuliahan, mungkin seperti menghidupkan proyektor sebelum perkuliahan
dimulai.
Senada dengan hal itu,
Laila Rahmawati, mahasiswa PAI 2010 menuturkan bahwa perlu adanya perbaikan
dari banyaknya kekurangan yang ada di fakultas. Kekurangan-kekurangan itu
menyebabkan sebagian mahasiswa merasa kurang nyaman dan kurang puas dengan apa
yang ada sekarang. Ada sebagian LCD yang bermasalah dan kadang tidak berfungsi
dengan baik, sehingga menggangu perjalanan kuliah yang ada. Ia juga mengamini
tentang masalah ruangan yang tidak sesuai dengan kapasitas mahasiswa.
Adapun tentang fasilitas yang ada Gedung
K.H. Wahid Hasyim sendiri, ia sedikit menyinggung tentang adanya beberapa kamar
mandi yang rusak, wastafel, dan kipas
angin yang tidak bisa berfungsi, tepatnya di mushalla bagian puteri.
Pihak
Fakultas Tidak Tinggal Diam
Dalam wawancara singkat, Dr. Drs. H.
Dadan Muttaqien, SH,. M. Hum, Dekan FIAI menjelaskan bahwa ia sudah lama
mengetahui permasalahan ini. Baginya sendiri, sebenarnya sarana dan prasana di
FIAI sudah memenuhi standar. Tidak ada masalah dengan kursi, meja dosen, papan
tulis, dan yang lainnya. Hanya saja kadang ada hal yang tidak dapat dihindari,
salah satunya adalah kerusakan alat.
Tidak hanya mendengar langsung dari
mahasiswa, bahkan ia sempat melihat langsung kerusakan tersebut. “Hampir setiap
minggu saya mengeceknya. Apabila ada kerusakan, misalnya LCD, saya langsung
menghubungi kepala divisi untuk segera memperbaikinya atau menggantinya. Anda
lihat sendiri, LCD di beberapa ruangan sudah diganti bukan?” jelasnya.
Ia juga mengatakan bahwa memang tidak
semua bagian umum yang mengurusi presensi dapat mengotak-atik LCD. “Namanya
juga manusia, Dek. Pasti ada salah,” tuturnya. “Yang pastinya mereka
harus mendapatkan pelatihan, khususnya bagi mereka yang belum menguasai cara
menjalankan LCD,” ucapnya di akhir wawancara.
Apa yang disampaikan oleh Dekan FIAI
sedikit berbeda dengan yang sampaikan oleh salah seorang staf umum bagian
presensi mahasiswa. Saat ditemui di kantornya, ia mengatakan bahwasanya bagian
presensi sendiri tidak tahu menahu apabila terjadi kerusakan pada LCD. Yang
mereka ketahui hanyalah sekedar menghidupkan lalu kemudian mematikannya saja.
Untuk masalah menghubungkannya dengan
media seperti komputer, mereka tidak mengetahuinya. Apalagi jika terjadi
kelainan antar kabel yang satu dengan lainnya. “Sampai saat ini bagian presensi
sendiri belum pernah mendapatkan bimbingan khusus mengenai masalah LCD
tersebut,” tambahnya.
Selain itu, menurutnya, masalah LCD ini
sudah dilaporkan sesuai dengan prosedur yang ada yaitu ke bagian akademik, lalu
ke bagian perbekalan. Dari sana akan ditindaklanjuti oleh pihak fakultas ke
rektorat. Adapun persetujuan pencairan dana tergantung dari keputusan Badan
Wakaf. Sejauh ini dari pihak Badan Wakaf sendiri belum ada tanda-tanda untuk memberikan
respon.
Sutaryo dari Bagian
Perbekalan FIAI merespon masalah ini. Mengenai sarana dan prasarana FIAI yang
kurang memenuhi keinginan mahasiswa, ia mengamini hal tersebut. Banyak dari
mahasiswa yang merasa kecewa dan tidak puas dengan fasilitas yang ada,
contohnya kipas angin, LCD, kursi, dan yang lainnya. Ada pula masalah ruang
kuliah yang kadang tidak sesuai dengan kapasitas mahasiswa pada saat
kuliah. Belum lagi ruang kuliah yang
pengap dan panas. Semua itu sangat mengganggu proses belajar mengajar.
Walhasil, mahasiswa kurang bisa berkonsentrasi dalam belajar.
“Sebelum perkulahan dimulai, bagian perbekalan
pernah mengajukan ke Dekanat untuk pembenahan atau perbaikan sarana dan prasana
yang ada di ruang kuliah FIAI, baik terkait LCD, meja, kursi kuliah, hingga
sarana dan prasarana yang dibutuhkan di mushalla. Semua itu dilakukan guna
menunjang proses belajar mengajar yang ada di fakutas. Namun hingga saat ini
semua apa yang dibutuhkan belum juga terpenuhi,” tuturnya.
Ia juga mengungkapkan bahwa barang
sarana dan prasarana di fakultas lain kebanyakan sudah terpenuhi semua, akan
tetapi permintaan sarana prasarana yang di pesan dari pihak FIAI belum juga
terpenuhi. Dari informasi yang beliau dapatkan bahwa surat yang di ajukan dari
pihak fakultas (FIAI) terselip dan tidak di ketahui di pihak badan wakaf.
Oleh karena itulah, perwujudan sarana
prasarana yang selama ini di impikan oleh pihak fakultas, baik dari mahasiswa
ataupun dosen belum bisa terpenuhi. Sehingga beliau mengambil kesimpulan bahwa
kesalahan tidak terlaksananya perwujudan sarana prasarna yang ada di lingkungan
FIAI tidak sepenuhnya kesalahan dari pihak fakultas.
Terkait masalah pengoperasian fasilitas
yang ada di ruang kuliah, dari fakultas juga telah memberikan pelatihan khusus
kepada petugas piket untuk mengoperasikan segala fasilitas yang ada dalam ruang
kuliah. Sayangnya, ada beberapa dosen yang kurang mempercayai kemampuan petugas
untuk mengoprasikannya.
Dari pihak perbekalan menyarakan kepada
seluruh mahasiswa dan orang-orang yang menggunakan fasilitas agar merawat dan
menjaganya. Bagian perbekalan juga mengungkapkan agar setiap lembaga atau
orang-orang yang ingin menggunakan ruangan, atau fasilitas yang lain agar
mengajukan surat ke bagian perbekalan minimal 3 hari sebelum pelaksanaan acara.
Dr. Hujair AH.
Sanaky, MSI, salah seorang Dosen tetap FIAI ikut memberikan tanggapan terkait
masalah ini. Ia berpendapat bahwa secara umum kita sudah memenuhi standar.
Dari segi kelas, kursi, sound, dan lain-lain. “Kita cukup terpenuhi dari
pada perguruan tinggi lain,” ungkapnya.
Ia merasa bahwa belum ada controling
secara rutin terkait sarana dan prasarana yang ada, khusunya terkait masalah
elektronik. Hal ini menyebabkan alat-alat elektronik yang ada kurang bisa
digunakan secara maksimal ketika perkuliah berlangsung. Menurutnya, ini sangat
mengganggu proses belajar mengajar mahasiswa.
Ia menyarankan jika ada LCD yang kurang
memenuhi standar segera diganti. Tindakan ini diambil untuk terlaksananya
pembelajaran yang maksimal. “Seharusnya ada penambahan kipas angin di setiap
ruangan, agar tercipta ruangan yang sejuk, sehingga tercipta pembelajaran yang
nyaman. Ada pelatihan khusus bagi para karyawan, khususnya yang bertanggung
jawab terhadap ruang kuliah dalam mengoperasikan alat-alat elektronik maupun
yang lainnya, sehingga tidak ada lagi kerusakan dan kesalahan dalam bertindak.”
Selain itu ia juga menyarankan pihak
pengajaran atau perbekalan dan rumah tangga harus rutin dalam melakukan kontrol
terhadap semua fasilitas yang ada di FIAI atau pun yang ada di ruang kuliah
sebelah utara. Minimal satu bulan sekali diadakan kontol terhadap semua
peralatan yang ada, baik itu dari sarana prasana elektronik ataupun sarana dan prasarana
yang lain.
*Berita ini menjadi Laporan Utama pada Buletin Deru Pos LPM Pilar Demokrasi FIAI UII Edisi April/LPM-PD/FIAI-UII/2013
0 komentar:
Posting Komentar
apa komentar anda tentang bacaan ini?