Minggu, 02 Juni 2013

Ikut Banyak Organisasi = Mempunyai Banyak Istri



Oleh: Muhammad Qamaruddin

sumber photo: hutantropis.com
Dalam suatu perkumpulan organisasi yang aku ikuti, aku pernah mengatakan kepada teman-temanku, “Mengikuti banyak organisasi itu umpama mempunyai banyak istri.” Pendapat nyeleneh tersebut membuat beberapa temanku tersentak, khususnya beberapa wanita yang ada di sana. Beda lagi tanggapan teman laki-lakiku, mereka tertawa terbahak-bahak. Mungkin Statement tersebut terdengar sangat aneh dan lucu di telinga mereka.
            Aku biarkan dulu mereka larut dengan perasaan mereka masing-masing. Setelahnya, Aku ingin menjelaskan kepada mereka maksud dari pernyataanku tersebut. Setelah semuanya diam dan mulai memperhatikanku lagi, aku pun menjelaskan apa yang telah kukatakan tadi.


Organisatoris?
            Seorang organisatoris –aku membedakan istilah ini dengan ‘aktivis’– sejati tak akan tahan apabila hanya berdiam diri. Apalagi ketika ia berada di lingkungan yang penuh dengan dunia organisasi. Sebut saja di dalam kampus yang tentunya mempunyai banyak wadah perkumpulan. Melihat geliat Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) yang beragam, maka sudah pasti timbul rasa ingin ikut berkecimpung dalam dunia tersebut. Apalagi jika sejak di SMP dan di SMA atau setingkatnya, ia telah tertarik dengan organisasi.
Karena ketertarikannya itulah, sering kali aku –begitu juga kamu– menemui seseorang yang mengikuti banyak organisasi. Tidak hanya satu, tetapi dua, tiga, empat, bahkan lebih banyak dari itu. Sampai-sampai waktu untuk diri sendiri pun tersita karena organisasi. Pernah aku mendapatkan temanku yang mengikuti organisasi di sana-sini, sampai kuliahnya (waktu itu ia adalah seorang mahasiswa) terbengkalai. Sungguh ironis!

Lebih Dari Satu Sama Dengan Poligami
            Setiap organisasi mempunyai prioritas dan kepentingan yang harus dijunjung tinggi oleh setiap anggotanya. Seseorang yang mengikuti organisasi harus menjalankan kewajibannya sebagai seorang anggota. Dari sanalah perannya akan dinilai. Lain dari pada itu, seorang anggota juga berhak untuk menuntut apa yang seharusnya didapatkannya. Hubungan timbal balik inilah yang akhirnya akan melahirkan rasa memiliki. Hampir semua anggota dari suatu perkumpulan atau organisasi, sangat mencintai organisasi yang diikutinya.
            Atas dasar inilah, perumpamaan itu lahir dari pikiranku. Aku mengibaratkan organisasi itu layaknya seorang istri yang sangat kucintai. Aku harus memenuhi hak dan kewajibanku terhadapnya. Mungkin orang-orang bisa saja mengumpamakan hal ini dengan hal lainnya, misalnya perumpamaan orang tua yang mempunyai anak yang banyak. Mereka harus membagi cinta yang mereka miliki kepada semua anaknya secara adil. Perumpamaanku ini juga akan sulit diterima bagi kalangan wanita, toh mereka tidak mungkin mempunyai suami lebih dari satu. Hanya saja dalam hal ini aku ingin menyampaikan tentang suatu masalah yang sering kali terjadi kepada kita, khususnya mereka yang mengikuti banyak organisasi, yaitu masalah prioritas. Aku yakin ada banyak perumpamaan-perumpamaan lain mengenai hal ini.

Prioritas
Nyatanya, tidak hanya orang lain, aku pun mengalami masalah yang sama. Saat ini aku mengikuti organisasi lebih dari satu. Hingga tulisan ini jadi, aku masih mengikuti empat organisasi. Masing-masing organisasi tersebut menginginkan totalitasku sebagai seorang anggota.
Seringkali salah satu anggota dari organisasi yang kuikuti berucapku, “Kamu diperlukan di sini.” Mendengar hal itu, aku menjawab lugas, “Iya, dan hampir semua organisasi yang kuikuti pun mengucapkan hal yang demikian.”
            Ketika seseorang mengikuti organisasi lebih dari satu, maka dia akan mendapatkan benturan kepentingan di antara organisasi tersebut. Dia harus memprioritaskan satu di antara sekian banyak organisasi yang diikuti. Mau tak mau dia harus mendahulukan satu di antara yang lain. Perumpamaan ini hampir mirip saat seseorang mempunyai istri lebih dari satu. Ia harus menentukan dan memutuskan sikap seandainya masalah itu terjadi. Ia harus mempertimbangkan banyak hal apabila di sana terjadi konflik di antara istri. Bahkan bisa jadi ia harus mendahulukan satu dari yang lain.
            Satu hal yang perlu diingat, kuantitas organisasi yang harus diikuti tidak ada hubungannya dengan jumlah istri yang boleh dinikahi (baca: poligami). Adapun jumlah organisasi yang kuikuti berjumlah empat, itu hanya kebetulan saja. Bahkan sebenarnya jumlahnya lebih dari itu. Aku melepas beberapa organisasi karena ketidakmampuanku mengatur dan membagi waktu. Untuk saat ini, empat sudah cukup.
            Perumpamaan tentang organisasi layaknya istri hanyalah terkait masalah prioritas. Seseorang bisa jadi akan lebih mendahulukan organisasi yang pertama ia ikuti, seperti ia mendahulukan istri yang pertama dinikahinya. Tetapi hal ini bukanlah hal yang mutlak. Bisa jadi ia akan mendahulukan kepentingan organisasi kedua, ketiga, dan seterusnya. Ini sesuai dengan kebutuhan dan kecondongan hati. Organisasi mana yang akan menjadi pilihan utama.
            Ibarat mempunyai istri lebih dari satu, ketika ada sesuatu yang harus diprioritaskan di antara organisasi-organisasi tersebut, maka tentu saja akan timbul rasa cemburu. Inilah yang sering juga terjadi padaku. Saat aku mendahulukan kepentingan satu organisasi, maka timbullah kecemburuan di organisasi yang lain, begitu pula sebaliknya. Hal ini menurutku sangat mirip dengan seorang istri yang cemburu terhadap suaminya yang mementingkan istri yang lain.

Profesionalisme
            Satu hal yang harus dilakukan oleh orang-orang seperti ini adalah bersikap profesional. Apapun alasannya, apapun kepentingannya, dan apapun imbasnya, maka seorang anggota harus profesionalisme dalam bertindak. Ia tidak serta merta meninggalkan kewajiban yang ada padanya hanya karena ada kewajiban yang lain yang harus ia selesaikan. Memang manusia tidak akan dapat terhindar dari yang namanya pilihan. Begitu pula seorang organisatoris. Ia dapat mengikuti banyak organisasi, tetapi ia harus bersikap profesional. Ia boleh memprioritaskan satu organisasi apabila ia memang harus melakukan hal itu, tetapi ia tidak boleh meninggalkan kewajibannya di organisasi yang lain.
            Seperti seorang suami yang mempunyai istri lebih dari satu. Ia harus bersikap seadil mungkin. Jangan sampai sikapnya yang tidak adil tersebut menimbulkan rasa cemburu yang berlebihan dari istri yang lain. Sikap inilah yang harus dimiliki oleh seorang organisatoris. Silahkan mengikuti banyak organisasi, tapi ingat! Tunjukkan profesionalismemu dalam menentukan kepentingan organisasi!
           

0 komentar:

Posting Komentar

apa komentar anda tentang bacaan ini?