Oleh: Muhammad Qamaruddin
sumber photo: hutantropis.com |
Dalam suatu
perkumpulan organisasi yang aku ikuti, aku pernah mengatakan kepada
teman-temanku, “Mengikuti banyak organisasi itu umpama mempunyai banyak istri.”
Pendapat nyeleneh tersebut membuat beberapa temanku tersentak, khususnya
beberapa wanita yang ada di sana. Beda lagi tanggapan teman laki-lakiku, mereka
tertawa terbahak-bahak. Mungkin Statement tersebut terdengar sangat aneh
dan lucu di telinga mereka.
Aku biarkan dulu
mereka larut dengan perasaan mereka masing-masing. Setelahnya, Aku ingin
menjelaskan kepada mereka maksud dari pernyataanku tersebut. Setelah semuanya
diam dan mulai memperhatikanku lagi, aku pun menjelaskan apa yang telah
kukatakan tadi.
Organisatoris?
Seorang organisatoris
–aku membedakan istilah ini dengan ‘aktivis’– sejati tak akan tahan apabila
hanya berdiam diri. Apalagi ketika ia berada di lingkungan yang penuh dengan
dunia organisasi. Sebut saja di dalam kampus yang tentunya mempunyai banyak
wadah perkumpulan. Melihat geliat Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) yang beragam,
maka sudah pasti timbul rasa ingin ikut berkecimpung dalam dunia tersebut. Apalagi
jika sejak di SMP dan di SMA atau setingkatnya, ia telah tertarik dengan
organisasi.
Karena
ketertarikannya itulah, sering kali aku –begitu juga kamu– menemui seseorang
yang mengikuti banyak organisasi. Tidak hanya satu, tetapi dua, tiga, empat,
bahkan lebih banyak dari itu. Sampai-sampai waktu untuk diri sendiri pun
tersita karena organisasi. Pernah aku mendapatkan temanku yang mengikuti
organisasi di sana-sini, sampai kuliahnya (waktu itu ia adalah seorang
mahasiswa) terbengkalai. Sungguh ironis!
Lebih Dari Satu Sama Dengan Poligami
Setiap organisasi
mempunyai prioritas dan kepentingan yang harus dijunjung tinggi oleh setiap
anggotanya. Seseorang yang mengikuti organisasi harus menjalankan kewajibannya
sebagai seorang anggota. Dari sanalah perannya akan dinilai. Lain dari pada
itu, seorang anggota juga berhak untuk menuntut apa yang seharusnya didapatkannya.
Hubungan timbal balik inilah yang akhirnya akan melahirkan rasa memiliki. Hampir
semua anggota dari suatu perkumpulan atau organisasi, sangat mencintai
organisasi yang diikutinya.
Atas dasar inilah,
perumpamaan itu lahir dari pikiranku. Aku mengibaratkan organisasi itu layaknya
seorang istri yang sangat kucintai. Aku harus memenuhi hak dan kewajibanku
terhadapnya. Mungkin orang-orang bisa saja mengumpamakan hal ini dengan hal
lainnya, misalnya perumpamaan orang tua yang mempunyai anak yang banyak. Mereka
harus membagi cinta yang mereka miliki kepada semua anaknya secara adil. Perumpamaanku
ini juga akan sulit diterima bagi kalangan wanita, toh mereka tidak
mungkin mempunyai suami lebih dari satu. Hanya saja dalam hal ini aku ingin
menyampaikan tentang suatu masalah yang sering kali terjadi kepada kita,
khususnya mereka yang mengikuti banyak organisasi, yaitu masalah prioritas. Aku
yakin ada banyak perumpamaan-perumpamaan lain mengenai hal ini.
Prioritas
Nyatanya, tidak
hanya orang lain, aku pun mengalami masalah yang sama. Saat ini aku mengikuti
organisasi lebih dari satu. Hingga tulisan ini jadi, aku masih mengikuti empat
organisasi. Masing-masing organisasi tersebut menginginkan totalitasku sebagai
seorang anggota.
Seringkali salah
satu anggota dari organisasi yang kuikuti berucapku, “Kamu diperlukan di sini.”
Mendengar hal itu, aku menjawab lugas, “Iya, dan hampir semua organisasi yang
kuikuti pun mengucapkan hal yang demikian.”
Ketika seseorang
mengikuti organisasi lebih dari satu, maka dia akan mendapatkan benturan
kepentingan di antara organisasi tersebut. Dia harus memprioritaskan satu di antara
sekian banyak organisasi yang diikuti. Mau tak mau dia harus mendahulukan satu
di antara yang lain. Perumpamaan ini hampir mirip saat seseorang mempunyai
istri lebih dari satu. Ia harus menentukan dan memutuskan sikap seandainya
masalah itu terjadi. Ia harus mempertimbangkan banyak hal apabila di sana
terjadi konflik di antara istri. Bahkan bisa jadi ia harus mendahulukan satu
dari yang lain.
Satu hal yang
perlu diingat, kuantitas organisasi yang harus diikuti tidak ada hubungannya
dengan jumlah istri yang boleh dinikahi (baca: poligami). Adapun jumlah
organisasi yang kuikuti berjumlah empat, itu hanya kebetulan saja. Bahkan
sebenarnya jumlahnya lebih dari itu. Aku melepas beberapa organisasi karena
ketidakmampuanku mengatur dan membagi waktu. Untuk saat ini, empat sudah cukup.
Perumpamaan tentang
organisasi layaknya istri hanyalah terkait masalah prioritas. Seseorang bisa
jadi akan lebih mendahulukan organisasi yang pertama ia ikuti, seperti ia
mendahulukan istri yang pertama dinikahinya. Tetapi hal ini bukanlah hal yang
mutlak. Bisa jadi ia akan mendahulukan kepentingan organisasi kedua, ketiga,
dan seterusnya. Ini sesuai dengan kebutuhan dan kecondongan hati. Organisasi mana
yang akan menjadi pilihan utama.
Ibarat mempunyai
istri lebih dari satu, ketika ada sesuatu yang harus diprioritaskan di antara
organisasi-organisasi tersebut, maka tentu saja akan timbul rasa cemburu. Inilah
yang sering juga terjadi padaku. Saat aku mendahulukan kepentingan satu
organisasi, maka timbullah kecemburuan di organisasi yang lain, begitu pula
sebaliknya. Hal ini menurutku sangat mirip dengan seorang istri yang cemburu
terhadap suaminya yang mementingkan istri yang lain.
Profesionalisme
Satu hal yang
harus dilakukan oleh orang-orang seperti ini adalah bersikap profesional. Apapun
alasannya, apapun kepentingannya, dan apapun imbasnya, maka seorang anggota
harus profesionalisme dalam bertindak. Ia tidak serta merta meninggalkan
kewajiban yang ada padanya hanya karena ada kewajiban yang lain yang harus ia
selesaikan. Memang manusia tidak akan dapat terhindar dari yang namanya
pilihan. Begitu pula seorang organisatoris. Ia dapat mengikuti banyak
organisasi, tetapi ia harus bersikap profesional. Ia boleh memprioritaskan satu
organisasi apabila ia memang harus melakukan hal itu, tetapi ia tidak boleh
meninggalkan kewajibannya di organisasi yang lain.
Seperti seorang
suami yang mempunyai istri lebih dari satu. Ia harus bersikap seadil mungkin. Jangan
sampai sikapnya yang tidak adil tersebut menimbulkan rasa cemburu yang
berlebihan dari istri yang lain. Sikap inilah yang harus dimiliki oleh seorang
organisatoris. Silahkan mengikuti banyak organisasi, tapi ingat! Tunjukkan
profesionalismemu dalam menentukan kepentingan organisasi!
0 komentar:
Posting Komentar
apa komentar anda tentang bacaan ini?