Jumat, 21 Oktober 2011

MAKSIMALISASI POTENSI TANPA MEMANDANG RENDAH ORANG LAIN


Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.

Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah menjadikan manusia sebagai sebaik-baiknya makhluk, sebagus-bagusnya bentuk, dan seindah-indahnya akhlaq. Nikmat yang telah diberikan oleh Allah adalah keistimewaan yang hanya diberikan kepada manusia sebagai khalifah di muka bumi ini. Sepatutnyalah kita selalu membasahi lidah kita dengan Asma-Nya.
Shalawat serta salam tak pernah terlupakan untuk Nabi besar kita Muhammad SAW, seorang manusia pilihan Allah yang telah merubah dunia menjadi lebih baik. Risalah yang disampaikan melalui Rasulullah, telah menjadi pedoman bagi manusia untuk menuju kehidupan yang lebih baik.
Manusia telah diciptakan oleh Allah dengan potensinya masing-masing. Dapat ditegaskan bahwa penciptaan manusia itu selalu dibekali dengan sebuah kelebihan yang nantinya akan menjadi alat untuk memajukan kesejahteraannya. Bahkan sebelum menjadi manusia, cikal bakalnya (sperma) pun berkompetisi untuk menjadi seorang juara. Tidak hanya beratus-ratus,tetapi berjuta-juta sel sperma yang bertarung untuk mencapai dinding rahim. Namun, hanya satu yang menjadi pemenang, dan ialah yang selanjutnya menjadi segumpal daging, kemudian akan terus disempurnakan oleh Allah SWT hingga Sembilan bulan lamanya. Pada akhirnya ia menjadi manusia yang komplit tak kurang satu apapun, subhanallah.
Namun, adalah suatu permasalahan jika manusia tidak mengetahui kelebihan dan potensi yang ia miliki. Ia akan terus merendahkan dirinya sendiri. Ia akan terus memperbandingkan dirinya sendiri dengan manusia pada umumnya. Bahkan bukan tak mungkin ia akan mengutuk Tuhan karena ia merasa hidupnya tak ada gunanya. Bukan hanya itu, di kasus yang lain, ada juga manusia yang sebenarnya telah mengetahui kelebihan yang ia miliki. Jelas sekali ia mengenal bakat yang ia punya. Sayangnya, ia hanya membiarkannya dan tidak dikembangkan. Hasilnya, sama saja ia menjadi orang yang tidak berguna. Padahal, bakat tersebut adalah sebuah karunia yang diberikan oleh Allah untuk manusia. Lalu kenapa kita belum bisa bersyukur dan menyia-nyiakan pemberian-Nya?
Pada dasarnya, manusia diciptakan oleh Allah SWT berbeda satu sama lain. Memang, sekilas manusia itu sama saja. Sama-sama punya mata, punya mulut, punya tangan, badan, kaki, dan sebagainya. Tapi semua itu adalah persamaan umum. Tak ada yang berkeyakinan bahwa ada manusia yang mempunyai bentuk yang persis sama 100%, bahkan pada orang kembar sekalipun. Pasti ada yang berbeda. Nah, perbedaan ini akan muncul jika ditilik dari gambaran fisik yang dimiliki oleh manusia. Lain halnya jika ditelaah dari segi kejiwaan, sudah tentu perbedaan itu akan semakin jelas. Dalam contoh yang konkrit saja, apakah ada orang kembar yang mempunyai watak yang sama?
Hal inilah yang mendasari bahwa perbedaan juga akan berpengaruh pada bakat dan potensi yang dimiliki oleh manusia. Bekal yang diberikan oleh Allah, yaitu sebuah bakat kepada manusia ketika hadir di dunia ini akan menjadi faktor pendukung, baik untuk mendapatkan kesejahteraan di dunia maupun di akhirat. Ketika seseorang dikaruniai insting yang kuat terhadap nada, maka bisa disimpulkan ia mungkin berbakat di musik. Ketika seseorang dikaruniai kecintaan terhadap angka-angka, maka bisa disimpulkan ia mungkin berbakat di bidang matematik. Ketika seseorang dikaruniai ingatan yang kuat, bisa disimpulkan ia mungkin berbakat untuk menjadi Hafizh Al-Qur’an; dan lain sebagainya. Sangat beruntung jika manusia bisa memaksimalkan potensi yang ia miliki. Hal ini jika didasari dengan iman dan taqwa yang kuat, akan menambah keyakinan kita terhadap Allah SWT.
Namun, ketika manusia disuruh untuk terus mengembangkan bakatnya, ketika mereka diajak untuk terus mengasah potensinya, ada saja manusia yang merendahkan manusia yang lain. Hal ini disebabkan mereka (orang-orang yang telah menemukan kelebihannya) merasa di atas angin. Mereka memandang hina orang-orang di sekitarnya. Mereka mencemooh dengan kekurangan-kekurangan yang miliki orang lain. Dengan kata lain, mereka menjadi sombong denga kelebihan yang mereka punya. Inilah fenomena yang terjadi saat ini.
Padahal seandainya kelebihan-kelebihan ini digunakan untuk kesejahteraan dan kemashlahatan, tentu ia akan menjadi pundi-pundi amal bagi manusia. pahala akan terus mengalir. Sayangnya, mereka lebih membanggakan diri dengan kelebihan-kelebihan yang mereka miliki. Mereka  menjadi sombong layaknya iblis yang membanggakan dirinya di hadapan Tuhan atas nabi Adam. Firman-Nya:

“Iblis berkata: ‘Aku lebih baik daripadanya, Karena Engkau ciptakan Aku dari api, sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah’".

            Dalam ayat di atas, Iblis menyatakan bahwa ia lebih baik dari Adam. dengan kata lain, ia telah sombong. Takabbur. Ia pun tidak mau bersujud kepada Adam ketika disuruh oleh Allah SWT. Alhasil, ia pun di usir dari neraka disebabkan oleh kesombongannya. Lalu kenapa manusia mau mewarisi sifat sombong dari iblis, padahal jelas-jelas sifat ini adalah sifat yang sangat dibenci oleh Allah? Inilah kebodohan yang dimiliki oleh manusia.
Dalam konteks ini, tidak sepatutnyalah manusia membanggakan dirinya sendiri dengan kelebihan-kelebihan yang ia punya. Karena hal ini hanya akan menjadikan ia akan dibenci oleh semua orang bahkan Allah (na’udzubillah!). sombong hanya akan melahirkan sikap saling merendahkan satu sama lain. Semua kekurangan-kekurangan orang akan diungkit-ungkit, untuk menunjukkan betapa ia lebih dari orang lain. Padahal, kelebihan-kelebihan itu hanyalah akan bermanfaat jika dimaksimalkan untuk kepentingan bersama tanpa mengecualikan kepentingan diri sendiri. manusia sombong tidak akan mempunyai tempat di surga. Ia boleh membanggakan diri, tapi ingat, Allah akan menghinakannya di akhirat.

Ketahui dan maksimalkan potensi
            Satu hal yang perlu kita ingat, bahwa Tuhan telah menciptakan manusia dengan sebaik-baiknya penciptaan. Manusia telah diistimewakan dari makhluk-makhluk yang lain. Maka, sangat tidak pantas kalau kita masih saja merasa rendah di hadapan yang lain. Yakinkan, bahwa Allah telah memberikan karunia kepada kita, yaitu sebuah bakat yang akan menjadi faktor pendukung kesuksesan kita.
            Yang harus kita lakukan adalah terus menggali lebih dalam, potensi apa yang kita miliki. Bahkan bukan tidak mungkin sebuah kekurangan yang kita miliki, menjadi senjata yang ampuh untuk mencapai kesejahteraan. Hal ini telah terbukti dengan fakta yang ada. Banyak orang yang memuliakan dirinya dengan kekurangan yang dia miliki, seperti (maaf) latah, hidung pesek, muka jelek, gendut, kurus, dan lain sebagainya. Justru dengan itu semua, mereka bisa memanfaatkannya, sehingga bukan menjadi kekurangan tetapi malah menjadi kelebihan yang sangat unik. Maka, tidak seharusnya kita merasa minder dengan apa yang kita miliki sekarang, khususnya kekurangan-kekurangan (menurut pribadi kita sendiri). karena hal itu apabila kita bisa tempatkan dalam koredor yang jelas, bukan tak mungkin ia akan menjadi potensi yang sangat besar bagi kita.
            Nah, ketika kita telah mengetahui potensi yang kita miliki, janganlah kita hanya berdiam diri saja. Kita bukan hanya penonton di muka bumi ini. Kita mempunyai hak untuk ikut andil dalam kehidupan dunia. Maka pengembangan potensi itu harus segera kita laksanakan dengan semaksimal mungkin. Terus berlatih, berlatih, dan berlatih, sehingga potensi itu bermanfaat bagi kita dan orang lain. Manusia akan semakin sejahtera, ketika ia bisa telah mengetahui dan bisa memaksimalkan potensi yang ia miliki.
            Sehubungan dengan itu, manusia akan bisa memberikan yang terbaik untuk agamanya. Islam mengajarkan manusia untuk terus menjadi yang terbaik. Pernyataan bahwa umat islam adalah ‘yang terbaik’ selalu disebut-sebut, baik di dalam Al-Qur’an maupun Al-Hadits. Ini membuktikan bahwa manusia (khususnya umat islam) memang telah nyata untuk menjadi yang terbaik. Lalu kenapa kita harus berdiam diri dengan kelebihan yang kita miliki? Justru kelebihan-kelebihan itu adalah tonggak sejati bagi umat islam untuk memajukan agama. Sehingga kita bisa menuai pahala untuk bekal kita di akhirat kelak.
           
Jangan merendahkan orang lain
            Sikap merendahkan orang lain sangat mengganggu dalam kehidupan manusia di dunia ini. Hal ini hanya akan melahirkan manusia-manusia yang egois, tidak tahu menahu dengan orang lain, dan merasa dirinyalah yang paling hebat. Padahal dalam Al-Qur’an, Allah berfirman:


Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertobat, Maka mereka Itulah orang-orang yang zalim.

Bahkan Rasulullah pun menambahkannya di dalam sabdanya, yang artinya:
“Jangan kamu saling dengki dan iri dan jangan pula mengungkit keburukan orang lain. Jangan saling benci dan jangan saling bermusuhan serta jangan saling menawar lebih tinggi atas penawaran yang lain. Jadilah hamba-hamba Allah yang bersaudara. Seorang muslim adalah saudara muslim lainnya dengan tidak menzhaliminya, tidak mengecewakannya, tidak membohonginya dan tidak merendahkannya. Letak takwa ada di sini (Nabi Saw menunjuk ke dada beliau sampai diulang tiga kali). Seorang patut dinilai buruk bila merendahkan saudaranya yang muslim. Seorang muslim haram menumpahkan darah, merampas harta, dan menodai kehormatan muslim lainnya." (HR. Muslim)


            Maka, umat muslim tidak akan menjadi mulia apabila ia tetap saja berlaku sombong dan terus merendahkan orang lain. Kebanggaan terhadap dirinya sendiri hanya akan melahirkan kebencian dari sang Pencipta. Potensi yang dimilikinya pun tidak akan ada artinya. Semuanya hanya sia-sia belaka.
            Tuhan memang telah menjadikan kita sebagai yang terbaik, namun hal ini bukan berarti memberikan celah bagi kita untuk berlaku sombong. Tuhan memberikan potensi ini sebagai alat untuk mencapai kesejahteraan, tanpa melupakan syari’at yang telah disampaikan. Dan dengan hal itu pulalah, kita akan memajukan agama islam. Wallahu ‘alam.



Muhammad Qamaruddin
Ponpes UII Angkatan 2010

0 komentar:

Posting Komentar

apa komentar anda tentang bacaan ini?