Selasa, 11 Oktober 2011

SEMUANYA CANTIK

Hari saya merasa begitu lelah. Saya baru pulang dari university. Sekitar jam 5 petang saya sudah berada di rumah. Tetapi kepenatan tersebut tidak lama bersarang di dalam tubuh. Ketika saya melihat sosok-sosok manis; Alai dan Idang; hati saya pun menjadi segar kembali.
            “Assalamualaikum!” Ucap saya kepada mereka yang sedang santai melihat TV di bilik tengah.
            “Wa’alaikum salam!” Mereka serentak menjawab jawaban saya, mencium tangan saya, kemudian duduk lagi.
            “Lagi liat apa sih?” Tanyaku penasaran.
            “Liat TV, Bang. Sudah tahu tanya lagi Abang ani!” Jawab Alai. Aku pun tersenyum mendengar jawaban tersebut. Idang masih asyik dengan TV. Tidak mengindahkan apa yang kutanyakan tadi. Aku pun duduk di samping mereka. Ternyata saat itu RTB2 (salah satu channel yang ada di TV Brunei) sedang menayangkan life show P2F (Paspot to Fame), suatu acara kontes menyanyi untuk orang Brunei. Masih dalam tahap penyelesian.
            Kebetulan pada saat itu saya sudah menyaksikan penampilan dua orang perempuan yang menurut saya  cara menyanyinya masih standar. Iseng-iseng saya menanyakan Alai perihal kedua perempuan tadi yang menurut saya belum termasuk kategori penyanyi, tapi masih mempunyai wajah cantik.
            “Lai, menurut kamu, yang mana yang lebih cantik, yang awal tadi atau yang setelahnya?”
            “hmmm….keduanyalah!” Jawabnya cuek. Idang tidak menghiraukan pertanyaan saya. Sepertinya adikku yang satu ini mempunyai konsentrasi yang tinggi ketika menyaksikan TV.
            “Lho keduanya? Harus dipilih dong! Di antara keduanya, pasti ada yang lebih baik.” Ucapku menggurui.
            “Wajahnya atau suaranya?” Tanyanya lagi.
            “Keduanyalah! Wajahnya kah atau suaranya kah. Bandingkan saja!”
            “Hmm…keduanya juga lah! Lawa jua tuh!” Jawabnya lagi sambil tersenyum . saya mulai kesal dengan jawabannya yang menurut saya bukan suatu jawaban. Dia semakin senang melihat wajah saya yang mulai semwarutan.
            “Kenapa harus keduanya? Atau nggak bisa memilih? Kan pasti ada yang lebih cantik, itu menurut Abang,” ucapku sekali lagi dengan wajah yang semakin kupertegas.
            “Abang ani, macam mana saya hendak memilih yang mana yang lebih cantik, sedangkan  perempuan atu keduanya ciptaaan Allah. Ketika saya ucap yang satu lebih cantik, yang satu jadinya tidak cantik. Jadinya saya menghina ciptaan Allah.” Saya terkejut mendengar jawaban tersebut. Dia melanjutkannya,”kita tidak boleh menghina ciptaan Allah. Jadi cantik keduanyalah!” (Muhammad Qamaruddin)

0 komentar:

Posting Komentar

apa komentar anda tentang bacaan ini?