Kenaikkan harga BBM tinggal menunggu hari yang telah disepakati. Tanggal 1 april 2012 akan menjadi catatan baru bagi sejarah perjalanan perekonomian Indonesia. Belum dapat dipastikan, apakah ini adalah keputusan yang tepat atau tidak. Pemerintah akan tetap maju dengan pilihannya. Tentunya keputusan yang sangat tidak bersahabat ini telah banyak menuai protes, terutama dari masyarakat. Ingat! Kenaikan harga BBM ini tidak hanya sampai pada masalah ‘telah tercapainya kesepakatan’. Akan datang lagi banyak masalah pasca kenaikan harga BBM. Bisa jadi perekonomian Indonesia mengalami masalah abadi tanpa akhir yang jelas. Rakyat pun menjadi korbannya.
Belakangan ini, demo menolak kenaikan harga BBM telah terjadi di Indonesia. Tercatat pada tanggal 27 maret 2012 terjadi demo besar-besaran di seluruh negeri Indonesia. Sebanyak 30 ribu personel, terdiri dari 22 ribu personel Polri dan 8.000 personel TNI telah diturunkan hanya untuk mengamankan demo yang berlangsung di beberapa titik di Ibukota Jakarta (http://metrotvnews.com/, 27/03/2012). Lebih jauh lagi, demo juga terjadi di beberapa daerah di Indonesia. Kepala Biro Penerangan Masyarakat Mabes Polri Brigjen Pol M Taufik menyampaikan bahwa telah terjadi sebanyak 168 unjuk rasa di seluruh jajaran polda-polda kewilayahan. 34 aksi terjadi di Jawa Timur, Sulawesi Selatan 25, Nusa Tenggara Barat 12, Jawa Tengah 11, dan Jawa Barat 11 aksi. Sementara 26 Polda yang lain rata-rata ada 10 kejadian aksi unjuk rasa. (http://nasional.vivanews.com/, 28/03/2012). Angka ini akan terus bertambah seiring dengan mendekatnya tanggal 1 april 2012.
Berbagai kalangan ikut andil dalam demo yang dikira terbesar kedua setelah tahun 1998 silam. Mahasiswa, buruh, ibu-ibu, masyarakat kelas bawah, bahkan dua wakil walikota, yaitu Wakil Wali Kota Surabaya Bambang DH dan Wakil Wali Kota Solo Hadi Rudyatmo ikut berunjuk rasa (http://berita.liputan6.com/, 28/03/2012). Sayangnya, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono selaku orang yang memegang tapuk kepemimpinan tertinggi di Indonesia tidak berada di tempat pada saat carut marut demonstran terjadi. Beliau masih berada di luar negeri dari tanggal 22 Maret sampai 29 Maret 2012 untuk melakukan kunjungan ke sejumlah Negara (http://www.mediaindonesia.com/, 27/03/2012).
Tak ayal lagi, kenaikan BBM akan mempengaruhi harga barang-barang yang lainnya. Belum lagi biaya transfortasi dan tarif listrik yang juga meningkat. Maka terjadilah yang namanya inflasi. Memang pada dasarnya pemerintah telah mencanangkan akan memberikan bantuan langsung sementara masyarakat (BLSM) kepada rakyat dengan jumlah sasaran mencapai 18,5 juta keluarga atau sekitar 70 juta jiwa atau berkisar 30 persen dari populasi rakyat Indonesia. Masyarakat yang berhak mendapatkan BLSM adalah rakyat yang dikategorikan rumah tangga sangat miskin, warga miskin, dan rumah tangga yang hampir miskin (http://www.antaranews.com/, 28/03/2012). Tetap saja rencana ini melahirkan banyak kritik. Apalagi banyak yang berpendapat bahwa sebenarnya BLSM hanya akan memperkeruh keadaan. BLSM hanya dijadikan uang tutup mulut rakyat dari pemerintah di tengah carut marutnya keadaan. Ia hanya dijadikan kompensasi kepanikan pemerintah yang pada hakikatnya tidak kuasa mengatasi masalah.
Pada saat ini, masyarakat hanya dapat menyampaikan penolakannya. Sayangnya, aspirasi ini hanya menjadi angin lalu. Sampai saat ini pemerintah tetap teguh pada pendiriannya. Bagi penulis pribadi, seharusnya pemerintah dapat memberikan solusi terbaik tanpa harus mengorbankan yang lainnya. apabila memang ini adalah keputusan terbaik, lalu kenapa banyak hal yang tabu dan belum bisa dijelaskan oleh pemerintah. Apalagi dengan keputusan ini, pihak asing akan semakin diuntungkan. Pelaku usaha lokal tidak bisa lagi bersaing di pasaran karena kalah oleh keunggulan yang dimiliki pihak asing. Ada banyak lagi permasalahan lainnya yang telah menanti Indonesia dengan adanya kenaikan BBM.
Lalu apa yang harus dilakukan masyarakat apabila memang nantinya kenaikan BBM tidak dapat dihindari lagi? Ada banyak solusi yang dapat kita lakukan. Salah satunya adalah mengurangi ketergantungan kita terhadap minyak. Tidak dapat dipungkiri bahwa ketergantungan kita terhadap ‘harga’ minyak itulah yang menyebabkan kita jatuh bangun dalam menghadapi masalah ini. sederhananya, ketika harga minyak naik, maka seluruh kebutuhan pokok pun juga menjadi naik, lalu kita pun menjadi pusing karenanya. Sebenarnya kita dapat menggunakan tenaga alternatif yang sudah mulai dikembangkan di berbagai dunia. Tidak hanya itu, anak-anak putera-puteri bangsa kini mulai menunjukkan kreatifitasnya dalam mengolah tenaga alternatif. Mereka giat dalam berbagai eksperimen pengembangan tenaga alternatif. Apabila usaha ini diteruskan, sangat mungkin naiknya harga BBM tidak akan lagi menjadi persoalan negara.
Dampak masalah ini juga dapat diminimalisir dengan mengurangi jumlah pemakaian mobil dan kendaraan. Selain untuk mengurangi masalah macet di Indonesia yang tidak berujung, juga dapat mengurangi penggunaan BBM. Bersepeda bisa menjadi pilihan yang tepat. Tidak hanya mengurangi polusi, tetapi juga menjadi olahraga alternatif dalam kegiatan sehari-hari. Kita bisa melihat Belanda yang sampai saat ini masih berada di urutan pertama pemakai jumlah sepeda terbanyak di dunia, yaitu mencapai 99,1 % dari total penduduk yang mencapai 16,6 juta orang. Disusul Denmark (80,1 %), Jerman (75,8 %), Swedia (63,7 %), Norwegia (60,7 %), Finlandia (60,4 %), Jepang (56,9 %), Swiss ( 48,8 %), Belgia (48 %), dan China pada urutan yang kesepuluh (37,2 %) (http://www.mindtalk.com/) .
Apa yang telah ditulis di atas bukan berarti menjadi solusi final. Apalagi permasalahan yang ada sangatlah pelik. Tapi paling tidak dapat membantu untuk mengurangi masalah apabila memang pada akhirnya kenaikan BBM tetap menjadi pilihan pemerintah. Bagi penulis sendiri, semua tetap bergantung pada kebijakan dan kecerdasan pemerintah dalam mengatasi permasalahan. Ya….permasalahan yang berawal dari keputusan menaikkan harga BBM. (MQ)
0 komentar:
Posting Komentar
apa komentar anda tentang bacaan ini?